Inang dari Es Serut Modern, Ini Sejarah Minuman Es Shanghai

271
Karyawan Waroenk Seafood and Oriental Cuisine tengah memegang Es Shanghai. POTO : EFFENDY WONGSO

 

BISNISSULAWESI.COM, KUPANG – Menyoal nama kota, khususnya Shanghai hampir semua orang tentu sudah tahu. Pasalnya, kota kapital ini adalah buah kemajuan bagi industri di China. Kota ini bahkan telah menjadi ikon kota-kota besar, bukan saja di Tiongkok – sebutan lain China, bahkan dunia saat ini.

Selain merupakan kota terbesar di China, Shanghai juga dalam beberapa dekade terakhir menjadi sentra ekonomi, finansial, perdagangan, bahkan pusat komunikasi terpenting di Negeri Panda.

Kali ini Bisnissulawesi.com tidak ingin membahas perkembangan ekonomi yang kian pesat di kota populis tersebut kendati masih mengangkat nama “Shanghai”. Kali ini, salah satu media Bali Post Group ini hanya ingin memaparkan kuliner populer yang mendunia, khususnya beverage atau minuman yaitu “Es Shanghai”.

Namanya juga kuliner dalam artian minuman yang sudah mendunia, Es Shanghai tentu saja tidak hanya bisa dicicipi di Kota Shanghai. Sebab, hampir di wilayah dan negara mana saja dapat ditemui minuman dengan ciri khas menggunakan es serut tersebut.

Terkait minuman berpenampilan “eksotik” ini, saat berpelesir menyambangi Kota Kembang, Bandung, Jawa Barat maka es yang sudah berkembang dalam berbagai isian seperti durian dan buah lainnya ini dapat dibeli di Warung Es Shanghai Fhadillah, Jalan Tubagus Ismail, Sekeloa, Kecamatan Coblong.

Begitu pun di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Es Shanghai dapat dibeli di Waroenk Seafood, Jalan Veteran 18, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo.

“Kesegaran es ini tidak lepas dari isi bahan-bahannya yang fresh, terutama ice cream strawberry yang kami gunakan sebagai topping,” terang bartender Sherly Nenotek saat ditemui di Waroenk Seafood and Oriental Cuisine, Sabtu (27/07/2024).

Kendati ice cream strawberry itu tampak mendominasi kesegaran Es Shanghai, imbuh Sherly, namun minuman manis segar pihaknya tidak dapat dilepaskan dari kontribusi bahan lainnya seperti puding cincau, puding cokelat, kacang merah, sagu mutiara, nata de coco, kacang merah, sirup frambozen, dan susu kental manis.

Baca Juga :   Unibos Bersama Universitas Trisakti Gelar Seminar Nasional "Sustainability Development Goals"

“Es Shanghai memang mirip minuman es pada umumnya seperti es buah maupun es teler. Cuma yang membedakannya hanya terletak pada isiannya. Kalau es teler seperti yang kita tahu isiannya lebih didominir buah alpukat dan buah-buahan lainnya,” jelasnya.

Secara umum di Indonesia, sebut Sherly, nama menu makanan termasuk minuman memang mengambil nama setiap kota asalnya, seperti bubur Manado, coto Makassar, soto Madura, bakso Malang, teh Thailand, dan lain-lain.

“Begitu juga dengan Es Shanghai ini,yang notabene berasal dari Kota Shanghai. Masalah isian untuk bahan-bahannya sih hampir dapat diperoleh di masing-masing daerah. Jadi, hanya sekadar penamaan begitu,” ungkapnya.

Sementara itu, Supervisor Waroenk Seafood Yuni Foeh ketika ditemui di tempat dan kesempatan yang sama. mengklaim bila Es Shanghai yang dibanderol pihaknya dengan harga terjangkau Rp 23.500 merupakan minuman yang laris diburu pelanggan.

“Selain disukai karena memang segar, sebenarnya Es Shanghai ini punya sejarah yang unik hingga bagaimana bisa sampai dan populer di Indonesia,” beber Yuni

Menurut sepengetahuannya, Es Shanghai menyebar di dunia pada perang dunia kedua ketika dibawa militer Jepang ke negeri-negeri yang dijajahnya di Asia Tenggara seperti Filipina, termasuk Indonesia.

“Boleh dikata, Jepang adalah ‘inang’ dari es serut ini. Ya, meskipun Es Shanghai ini berasal dari China namun tidak dapat dilepaskan dari pengaruh invasi Jepang,” sambung Yuni.

Lebih jauh, ia menjelaskan pasukan Jepang membawa resep es serut atau es campur dari Shanghai ke Taiwan selanjutnya berkembang di sana menjadi ‘Es Bao Bing’.

“Kemudian, sebagian prajurit yang dari Taiwan itu dikirim ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan berkembang pada zaman Romusha di Pulau Jawa,” papar Yuni.

Baca Juga :   Usia 58 Tahun, UNM Kian Berkibar

Ia menambahkan, di Filipina Es Shanghai itu disebut “Es Halo-halo” sementara di Thailand menjadi es tersendiri bernama “Es Wan Yen”.

“Selain berkembang secara masif di Negeri Gajah Putih, minuman ini juga berkembang di Vietnam disebut sebagai ‘Es Sam Bo Luong’. Ya, yang saya tahu sih begitu sejarah Es Shanghai ini,” ungkap Yuni.

Di Indonesia, sambungnya, Es Shanghai sering diidetikkan dengan es teler. Kendati berbeda dari segi isian, namun secara generik menurutnya hal itu tidak lepas dari pengaruh Es Shanghai yang juga berkembang secara masif di Negeri Khatulistiwa ini.

Tak hanya di Asia Tenggara, menurut Yuni, minuman yang berakar dari Dinasti Tang Tiongkok ini juga populer di Hawaii (AS) dan Inggris.

“Di sana (AS dan Inggris), Es Shanghai disebut ‘Saved Ice’ yang juga dibawa Jepang. Di Jepang sendiri Es Shanghai ini disebut ‘Kagigori’. Seperti kita ketahui, Jepang memang sempat menjajah China melalui pintu masuk Kota Shanghai. Minuman ini pun akhirnya dibawa ke mana-mana,” terangnya.

Yuni menegaskan, penyebaran kuliner sejenis ini memang lazim terjadi di masa lalu, mirip kuliner Jepang sendiri yang menyebar di Amerika Serikat (AS) dan akhirnya Eropa yang dibawa Komodor Matthew Perry pada era Restorasi Meiji.

“Dulu, Marco Polo juga membawa suatu resep es serut dari China kuno yang sempat disambanginya di abab ke-13. Es itulah yang menjadi cikal bakal dari es khas Italia saat ini, Gelato,” tutupnya.

Effendy Wongso