OJK Sebut Kredit Perbankan Lanjutkan Pertumbuhan “Double Digit”

81
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, tangkapan layar saat konferensi pers terkait hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Oktober 2024 secara virtual di Jakarta, Jumat (01/11/2024). POTO : BISNISSULAWESI.COM

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae menyebutkan, kinerja intermediasi perbankan tumbuh positif dengan profil risiko yang terjaga. Pada September 2024, pertumbuhan kredit melanjutkan double digit growth sebesar 10,85 persen yoy (Agustus 2024: 11,40 persen) menjadi Rp7.579,25 triliun.

”Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi sebesar 12,26 persen, diikuti kredit konsumsi 10,88 persen dan kredit modal kerja 10,01 persen,” ujar Dian pada konferensi pers terkait hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Oktober 2024 secara virtual di Jakarta, Jumat (01/11/2024).

Ditinjau dari kepemilikan bank, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit, sebesar 12,80 persen yoy. Sedangkan dilihat dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh 5,43 persen, dan kredit UMKM tumbuh 5,04 persen.

Tangkapan layar konferensi pers OJK terkait hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Oktober 2024 secara virtual di Jakarta, Jumat (01/11/2024). POTO : BISNISSULAWESI.COM

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh 7,04 persen yoy (Agustus 2024: 7,01 persen yoy) menjadi Rp8.720,78 triliun, dengan giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh 9,38 persen, 7,30 persen, dan 4,95 persen yoy.

Likuiditas industri perbankan pada September 2024 tetap memadai, dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing 112,66 persen (Agustus 2024: 112,92 persen) dan 25,40 persen (Agustus 2024: 25,37 persen).

“Masih di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen,” katanya.

Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 222,64 persen dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) di level 129,50 persen, mengindikasikan ketahanan likuditas jangka pendek dan pendanaan jangka panjang industri perbankan ke depan yang solid.

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,21 persen (Agustus 2024: 2,26 persen) dan NPL net sebesar 0,78 persen (Agustus 2024: 0,78 persen). Loan at Risk (LaR) juga menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 10,11 persen (Agustus 2024: 10,17 persen). Rasio LaR tersebut juga mendekati level sebelum pandemi yaitu sebesar 9,93 persen pada Desember 2019.

Baca Juga :   Gelar Apel Siaga, PLN "All Out" Sukseskan Upacara HUT ke-79 RI di IKN

“Secara umum, tingkat profitabilitas bank (ROA) meningkat ke 2,73 persen (Agustus 2024: 2,69 persen), menunjukkan kinerja industri perbankan tetap resilien dan stabil,” jelas Dian.

Ketahanan perbankan tetap kuat tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi dan meningkat sebesar 26,85 persen (Agustus 2024: 26,69 persen) dan menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global.

Porsi produk kredit buy now pay later (BNPL) perbankan sebesar 0,26 persen, namun terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Per September 2024 baki debet kredit BNPL tumbuh 46,42 persen yoy (Agustus 2024: 40,68 persen) menjadi Rp19,81 triliun, dengan total jumlah rekening 19,82 juta (Agustus 2024: 18,95 juta).

“Dalam rangka pemberantasan judi online yang berdampak luas pada perekonomian dan sektor keuangan, OJK telah meminta perbankan melakukan pemblokiran terhadap lebih dari 8.000 rekening yang berasal dari data Kementerian Komunikasi dan Digital (Kementerian Komunikasi dan Informatika), serta meminta perbankan menutup rekening yang berada dalam satu Customer Identification File (CIF) yang sama,” sebutnya.

Editor : Bali Putra