BISNISSULAWESI.COM, KOLAKA – Sebanyak 683 peserta berpartisipasi dalam Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 8 November 2021 di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Pada kali ini, pembahasan temanya adalah “Jadi Pembuat Konten. yang Hits dan Berfaedah”.
Empat orang narasumber yang tampil dalam seminar kali ini, yaitu Dosen dan Writerpreneur, Dian Ikha Pramayanti; Empowering Woman Business and Life, Nia Nurdiansyah; Analis Komunikasi Politik, Verdy Firmantoro; Dosen Fakultas Hukum Universitas Sulawesi Tenggara, La Ode Muhram. Sedangkan moderator yaitu Fadel Karnen selaku podcaster. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 peserta.
Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Memasuki sesi pemaparan, Dian Ikha Pramayanti sebagai pemateri pertama menyampaikan paparan “Menyambut Generasi Alpha, Peluang dan Tantangan Digital Skill”.
Menurut dia, karakter anak-anak yang lahir pada tahun 2010 ke atas atau generasi alpha, antara lain pembelajaran sangat personal, paham teknologi, tidak suka bermain pada aturan, terus berubah, serta interaksi dominan di media sosial. Kedekatan dengan dunia digital ini membuat mereka rawan paparan negatif dan kejahatan digital, sehingga perlu peran orang tua dalam mengawasi dan mengarahkannya. “Orang tua harus melek teknologi agar dapat mendampingi anak di dunia digital,” tuturnya.
Selanjutnya, Nia Nurdiansyah menyampaikan paparan berjudul “Konten Digital, Apa yang Boleh dan Tidak Boleh”. Ia mengatakan, konten yang baik adalah yang relevan dengan konteks, memenuhi kebutuhan audiens, dan memberikan manfaat.
Beberapa kiat agar konten bisa bermanfaat sekaligus ditonton banyak orang, antara lain waktu yang tepat dalam mengunggah, konsisten dalam berbagi konten, gunakan kata kunci yang tepat, resolusi video dan foto yang pas, sematkan fitur berbagi konten, serta mobile friendly atau mudah dan bagus jika diakses dengan gawai. “Pemilihan gaya bahasa di konten juga harus disesuaikan dengan target,” ujar dia.
Pemateri ketiga, Verdy Firmantoro, memaparkan materi bertema “Masyarakat Informasi dan Multikulturalisme Digital”. Menurut dia, karakter masyarakat informasi adalah penempatan produksi dan sirkulasi informasi sebagai pusat kegiatan. Selain itu, koneksi internet memungkinkan orang dapat beraktivitas secara real time, serta penguatan aktualisasi diri dan sosialisasi melalui media sosial.
Adapun esensi multikulturalisme berarti pandangan keberagaman agar tetap berdampingan dan hidup bersama serta menolak diskriminasi SARA maupun kelompok minoritas. “Terkait multikulturalisme di ruang digital, orang yang sudah paham harus membuat konten dan mengunggah di akun media sosial,” jelasnya.
Adapun La Ode Muhram, sebagai narasumber terakhir, menyampaikan paparan berjudul “Menganalisis Kasus Cyberbullying dan Cara Menghentikannya”. Ia mengatakan, cyberbullying merupakan jenis perundungan yang memanfaatkan media elektronik, umumnya di media sosial.
Sebagai contoh, pengiriman pesan amarah, gangguan pesan secara terus menerus, pencemaran nama baik, peniruan atau berpura-pura menjadi orang lain untuk tindakan kejahatan, penipuan berupa bujukan agar mendapatkan informasi pribadi dan rahasia, serta diskriminasi atau pengucilan seseorang dari suatu kelompok.
Sebelum membawa perkara cyberbullying ke ranah hukum, sebaiknya perundungan disampaikan ke keluarga di rumah ataupun pihak sekolah agar dapat diselesaikan bersama. “Hukumannya sangat berat, namun pendekatannya lebih ditekankan dengan cara kekeluargaan sebagaimana dituangkan dalam Surat Edaran Kapolri Nomor SE/6/X/2015,” kata dia.
Setelah pemaparan materi, webinar dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu Fadel Karnen. Para peserta tampak antusias dan mengirimkan banyak pertanyaan. Panitia memberikan uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.
Salah seorang peserta, Martin Samuel, bertanya tentang kiat memastikan berita yang benar dan yang bohong. Menanggapi hal tersebut, Nia Nurdiansyah bilang, gunakan mesin pencari dengan mengetikkan judul berita tersebut, sehingga akan diketahui sumber aslinya.
Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan informatif yang disampaikan narasumber terpercaya. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, silakan kunjungi https://www.siberkreasi.id/dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.