BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Inflasi Sulawesi Selatan (Sulsel) 2021 diprakirakan tetap terkendali dan berada di bawah sasaran. Namun demikian, Bank Indonesia (BI) bersama pemerintah daerah dan instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), terus melakukan koordinasi dan merumuskan strategi untuk mengantisipasi potensi kenaikan tekanan inflasi pada sisa tahun ini.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan,Fadjar Majardi dalam keterangan tertulisnya menyebutkan, beberapa strategi utama meliputi koordinasi kelancaran produksi dan distribusi komoditas di tengah pemberlakuan PPKM, juga optimalisasi pemantauan harga secara langsung di lapangan maupun melalui PIHPS.
Disebutkan, September 2021, Sulsel kembali mengalami deflasi sebesar 0,14% (mtm). Lebih rendah dibandingkan deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,31% (mtm). Deflasi Sulsel terutama bersumber dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami deflasi sebesar 0,64% (mtm).
Dengan perkembangan ini, inflasi Sulsel secara keseluruhan baik tahunan maupun tahun kalender tercatat sebesar 1,62% (yoy) dan 1,05% (ytd), berada di bawah sasaran inflasi nasional pada tahun 2021 yang sebesar 3,0±1%.
Penurunan harga pada kelompok komoditas makanan, minuman dan tembakau terutama dipengaruhi turunnya harga komoditas cabai rawit, telur ayam ras, bawang merah dan daging ayam ras karena pasokan masih melimpah pasca panen, khususnya untuk telur ayam ras. Lebih lanjut, pasokan dan distribusi komoditas bahan makanan juga terpantau lancar di tengah situasi PPKM. Sementara itu, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh inflasi yang terjadi, terutama pada kelompok pengeluaran kesehatan; perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga; pendidikan; serta pakaian dan alas kaki.
Kenaikan harga pada kelompok kesehatan dipengaruhi oleh naiknya harga vitamin dan beberapa jenis obat-obatan. Selanjutnya kenaikan pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga terutama dipengaruhi oleh naiknya harga sewa dan kontrak rumah. Adapun kenaikan harga pada kelompok pendidikan terutama dipengaruhi naiknya biaya akademi/perguruan tinggi.