Umrah Murah, Mau Untung Malah Buntung

416
Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah, Kaswad Sartono.

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Umrohnya awalnya ibadah. Tapi telah berkembang menjadi bisnis yang menjanjikan keuntungan.Pasalnya animo warga untuk berumroh kian tinggi. Banyak biro perjalanan umroh yang bermunculan bak cendawan di musim hujan. Bahkan maskapai swasta nasional pun “berebut” mendapatkan izin bisa mengangkut jamaah umroh.
Namun sayangnya, ketatnya persaingan antara biro travel umroh tersebut bukan pada pelayanan calon jamaah tapi justru berdampak terjadinya “jor-joran” harga yang dibungkus dengan berbagai paket promo murah. Calon jamaah tinggal menyetor sejumlah dana dan dokumen data diri yang diperlukan, sisanya pihak agen perjalanan yang akan mengaturnya.
“Terus terang saya tertarik melakukan umroh karena ajakan kerabat ada paket murah umroh. Saya percaya saja karena bisa beribadah dengan biaya murah,” ungkap Saharuddin, calon jamaah asal kabupaten Barru yang mengaku mendaftar di salahsatu travel umroh dan sudah satu tahun lebih belum diberangkatkan. Ia pun was-was dengan pemberitaan kasus First Travel yang merugikan ribuan calon jamaahnya.
Kisah pahit serupa juga dialami Bu Hasnawati, calon jamaah umroh asal Kendari, Sulawesi Tenggara. “Saya mendaftar di biro travel umroh di Makassar. Brosurnya menawarkan paket promo yang membuat saya tertarik,” tuturnya dengan nada sedih menunggu kepastian keberangkatannya.
Travel umrah, Global Tour, misalnya dilaporkan ke Polda Sulsel, Rabu (20/9/2017) oleh jamaahnya yang merasa tertipu. Pasalnya, meski telah membayar, mereka tak kunjung diberangkatkan.
Mediawati, salah satu pelapor, mengaku telah membayar ke Global Tour pada bulan April 2016 lalu. Ia dijanjikan berangkat umrah pada 15 Juni 2016. “Saya dan kelompok saya berjumlah 50 orang. Dengan paket eksklusif lailatul qadar. Kami harusnya berangkat umrah dan Idul Fitri di sana,” tutur Mediawati kepada wartawan.
Ia mengaku jumlah yang dibayarkan setiap calon konsumen berbeda-beda. “Ada yang 25 juta, ada juga 38 juta,” aku wanita asal Bulukumba ini. Mediawati menyebut, sebelum melapor, mereka telah berulang kali dijanji akan diberangkatkan. “Dijanji 15 Juni 2017, kemudian diundur tanggal 17, 19 hingga 21 Juni,” sambungnya.
Pelapor lainnya, Sukirman, mengaku telah membayar biaya umrah sejak Februari 2016. Ia juga hanya dijanji-janji untuk berangkat. “Saya ada 11 orang sekeluarga dari Enrekang. Yang kami bayar ada 300 juta lebih,” ungkapnya.
Pihak Global Tour milik Edwin Abdul Jabar yang beralamat di Jalan Tupai Makassar nampak masih menerima pendaftaran saat dikonfirmasi. “Bapak (Erwin red) lagi keluar kantor,” ujar staf di kantor itu.
Sebelumnya Polda Sulsel juga mengungkap kasus penipuan travel umrah modus promo yang dilakukan bos PT Arca Perkasa, Arsad dan Haryadi. “Para pelaku menjalankan aksinya dengan menggunakan perusahaan bodong. Mereka seolah-olah punya travel tapi sebetulnya tidak punya,” terang Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Dicky Sondani.
Sedangkan pihak Abu Tours & Travel telah menutup paket promo umrah murah mereka setelah mendapat teguran dari pihak Kemenag Sulsel dan OJK. “Kami sudah tidak lagi menjual harga promo di bawah harga yang ditetapkan Kemenag dan akan fokus ke harga reguler Rp 21 juta- Rp 30 juta,” ujar Abu Hamzah Mamba, CEO travel umrah yang beralamat di Jl.Kakatua itu.
Sikap sebagian masyarakat yang gampang tergoda itu, disatu sisi patut disayangkan.Namun di sisi lain, masyarakat juga harus tetap waspada dengan makin banyaknya agen perjalanan umroh yang beredar. Sebab, tidak sedikit dari mereka yang menawarkan “harga miring” untuk menggaet jamaah. Maklum saja, harga memang menjadi hal yang sensitif. Masyarkat biasanya cenderung akan lebih memilih yang lebih murah dan rentan bermasalah.
Padahal, masyarakat harus aktif mencari tahu berbagai hal terkait agen perjalanan tersebut sebelum memutuskan untuk mentrasfer dananya. Jangan sampai impian mengunjungi tanah suci menjadi berantakan akibat ulah biro perjalanan umrah yang kurang bertanggung jawab.
Kuat dugaan, ribuan jamaah yang menyetor dana belasan juta dijadikan modal usaha, sebagian digunakan untuk memberangkatkan jamaah yang mendaftar setahun sebelumnya. Rata-rata travel yang “memanfaatkan dana jamaah” untuk bisnis ini mengenakan harga di bawah standar, Rp 14 juta hingga Rp 19 juta. Pasalnya, kuota umrah tidak terbatas sehingga tidak ada istilah menunggu jadwal pemberangkatan.
Tak hanya itu, paket murah mereka ini membuat ribuan jamaah menunggu berbulan-bulan, kadang hingga setahun. Calon jamaah yang sudah menyetor tidak langsung diberangkatkan umrah pada tahun yang sama. Meski telah lunas, jamaah harus menunggu hingga setahun kedepan untuk memberangkatkan jamaahnya. “Harga yang ditawarkan tidak masuk dalam status wajar, hanya dengan Rp 12 hingga Rp 14 juta jamaah sudah bisa ke Mekkah,” kata Kaswad Sartono, Kabid.Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Sulsel.  ***Komang Ayu/Mohamad Rusman

Baca Juga :   KULTUR DIGITAL, TANTANGAN KOPERASI ERA MILENIAL