BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan (Sulsel) Triwulan II – 2024, mengalami pertumbuhan positif dari 4,8% pada Triwulan I-2024 menjadi 4,98% atau tumbuh sekitar 5% (qtq). Hanya saja, pertumbuhan tersebut masih di bawah level nasional sebesar 5,5%.
“Tentunya ini harus menjadi warning bagi pemerintah provinsi,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan (KPwBI Sulsel), Rizki Ernadi Wimanda, Kamis (15/08/2024).
Pasalanya, kata Rizki, pertumbuhan ekonomi di Sulsel sepanjang 2011 – 2021, bahkan di periode covid, selalu lebih tinggi dibanding nasional yang rata-rata mencapai 7,6%. Namun dalam dua tahun terakhir (2022 –dan2023) pertumbuhan ekonomi di Sulsel menurun dengan rata-rata 4,8%.
Pertumbuhan ekonomi Sulsel ada di rangking 9 dari seluruh provinsi di Indonesia. Pertumbuhan tertinggi dicapai Papua Barat, kemudian Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Maluku Utara yang pertumbuhannya mencapai 20% sebagai dampak meningkatnya industri pertambangan di daerah itu.
Pertumbuhan ekonomi Sulsel berasal dari sektor pertanian, di mana 40% diantaranya ada di subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Kemudian industri pengolahan, perdagangan, informasi dan komunikasi, serta sektor konstruksi.
“Untuk konstruksi, sharenya 12,4% tetapi menyumbang pertumbuhan yang relatif rendah hanya 0,12%,” sebutnya.
Sementara itu, untuk Triwulan III-2024, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sulsel tetap tumbuh antara 4,7% – 5,3%. Kemudian di sepanjang 2024, pertumbuhan diperkirakan berada di angka 4,8% – 5,4%. BI memprediksi sektor pertanian, industri pengolahan dan perdagangan akan mengalami peningkatan.
Berbicara inflasi, di Juni 2024 sebagaimana secara nasional yang mengalami deflasi, Sulsel juga deflasi 0,18% (mtm) sehingga secara ytd inflasi Sulsel Juli 2024 hanya 0,65%. Ini patut disyukuri karena realisasi inflasi jauh di bawah target di 2,04%
“Tiga bulan pertama 2024, kami sangat khawatir karena inflasi rata-rata melebihi target bulanan. Namun alhamdullilah, inflasi April mulai turun di bawah target dan Mei, Juni, Juli sudah deflasi. Secara keseluruhan 2024, kami perkirakan masih berada di sasaran 2,5% +-1. Namun kita perlu waspada dan tetap meningkatkan koordinasi dengan pemerintah melalui GNPIP dan TPID,” jelas Rizki.
Ke depan, ada berbagai tantangan yang dihadapi Sulsel. Di mana, BI melihat investasi masih belum optimal dampak keterbatasan akses pada beberapa daerah potensial dan kekurangan suplai Listrik. Ekspor juga disebut belum optimal karena dipengaruhi perekonomian global ditambah (September 2024) BMKG memperkirakan akan terjadi La Nina ringan.
“Akan ada tantangan di pengendalian inflasi, produksi beras sudah mulai menurun dan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) baru ada di 9 kabupaten kota. Ada penurunan produktifitas perikanan, masih adanya outflow produktifitas Sulsel ke daerah lain sehingga mengundang peningkatan harga,” pungkasnya.
Bali Putra