BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat perkembangan industri pasar modal di Sulawesi Selatan (Sulsel) cukup bagus sepanjang 2018. Transaksi sepanjang tahun ini, rentang waktu Januari hingga Mei, transaksi saham di Sulsel sudah mencapai Rp 4,62 triliun. Meski baru lima bulan, angka itu mendekati total transaksi saham sepanjang 2017 yang berada pada angka Rp 6,94 triliun.
Kepala Kantor OJK Region 6 Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua, Zulmi mengungkapkan, tingginya transaksi saham seiring dengan peningkatan jumlah investor pasar modal yang meningkat signifikan. “Jumlah investor pasar modal di Sulsel menembus 21.206 investor, atau mengalami pertumbuhan signifikan mencapai 47,04% (yoy),” ujarnya.
Berdasarkan data OJK, transaksi saham di Sulsel sendiri memang terus meningkat. Meski demikian, peningkatan transaksi saham rentang 2016 ke 2017 tidak signifikan. Tercatat kenaikan 1,87% dari Rp6,82 triliun, menjadi Rp6,94 triliun. “Industri pasar modal Sulsel terus membaik,” ungkapnya.
Menurut Zulmi, bila ditelisik lebih dalam, tingginya pertumbuhan industri pasar modal ditopang oleh akselerasi pertumbuhan yang sangat tinggi pada instrumen reksadana. Instrumen reksadana tumbuh mencapai 77,03% dengan jumlah investor menembus 8.363.
“Pertumbuhan sangat tinggi terjadi pada instrumen reksadana yaitu 77,03% , dengan investor sebanyak 8.363. Sedangkan pada instrumen saham tumbuh 33,71% dengan 10.559 investor. Sisanya pada surat berharga negara (SBN) mencapai 2.284 investor atau tumbuh 26,82%,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Makassar, Fahmi Amirullah menuturkan data BEI sudah tercatat 590 emiten. “Generasi muda mendominasi investor yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) Makassar, dengan rentan usia hingga 30 tahun sebesar 30,30 persen, dimana 26 diantaranya dicatatkan pada tahun ini.
Ditambahkan, antusias kaum millenial berinvestasi cukup tinggi. Hal ini kita lihat sebagai perubahan gaya hidup positif, yang dulunya lebih bergaya konsumtif dan perlahan ke budaya investasi.
Fahmi merinci, untuk investor dalam rentan usia dari 31 – 40 tahun sebesar 25 persen. Selanjutnya, adalah usia 41 – 50 tahun sebesar 22,57 persen, dan usia 51 – 60 tahun hanya 14,45 persen.
Ia juga menjelaskan, animo masyarakat untuk berivestasi di pasar modal memang terlihat cukup besar. Tahun ini juga menurutnya, akan ada penambahan empat galeri investasi di Sulsel. Galeri investasi akan hadir IAIN Palopo, FEB UMI, Dana Pensiun UMI, dan 1lot coffee yang bertempat di Jalan Onta Lama.
“Kemudahan yang diberikan untuk investor pemula adalah minimnya deposit awal, yang diterapkan sejumlah sekuritas serta jumlah lot size yang sangat minim,” katanya.
Dengan ini, lanjutnya, kaum muda sangat menjangkau harga investasi saham, tidak perlu dana besar dan saluran informasi yang banyak tersedia termasuk pendirian galeri investasi di perguruan tinggi. / Komang Ayu