BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Penerapan penggunaan QR Code untuk pengisian bahan bakar, terutama bahan bakar subsidi agar tepat guna yang diberlakukan PT Pertamina Patra Niaga, mengundang berbagai cerita masyarakat. Ada yang marah, ada juga yang biasa saja karena merasa melaukan pendaftaran dan verifikasi untuk mendapatkan QR Code cukup mudah, butuh 15 – 20 menit dan quota serta jaringan yang bagus.
Mustika, seorang warga yang tinggal di Rusunawa Unhas awalnya kesulitan melakukan pendaftaran untuk kemudian mendapatkan barcode sebagai syarat melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraannya. “Hadeh, aplikasinya bikin emosi, menjengkelkan. Bolak balik registrasi, salah terus. Katanya nomor handphone sudah terdaftar, padahal belum pernah melakukan pendaftaran,” ujar Mustika, Selasa (29/10/2024).
Setelah emosi mereda, karena penasaran disamping keharusan, ia pun terpaksa kembali membuka aplikasi My Telkomsel untuk melakukan pendaftaran. “Ternyata sebelumnya ada kesalahan. Mudah tawwa, hanya butuh menyiapkan waktu 15-20 menit, quota internet dan jaringan yang bagus saja. Plus beberapa persyaratan seperti poto KTP, poto STNK depan belakang dan poto kendaraan yang terlihat nomor polisi,” ujar Mustika yang mengaku pasti memudahkannya saat mengisi BBM di SPBU.
Pengalaman berbeda disampaikan warga Sudiang, Vidha. Saat di SPBU, petugas SPBU menolak melakukan pengisian padahal sudah lama mengantre. “Diminta barcode, sementara saya belum punya,” ujarnya.
Ia pun mencoba memohon agar petugas bersedia melakukan pengisian dengan mengatakan, kalau di SPBU tidak boleh mengaktifkan handphone. Namun, petugas tetap memintanya melakukan pendaftaran terlebih dahulu di salah satu ruangan di sekitar SPBU. Kalau pun terverifikasi dan mendapatkan QR Code, itupun tak bisa langsung digunakan. Baru bisa digunakan keesokan harinya.
“Akhirnya petugasnya bilang, ok, kali ini saya layani, tetapi selanjutnya kami hanya melayani yang bisa menunjukkan barcode,” sebut Vidha menirukan ucapan petugas SPBU.
Untuk mengetahui secara langsung terkait penggunaan Barcode saat pengisian BBM di SPBU, penulis mencoba melakukan test case pengisian kendaraan di SPBU wilayah Tamalanrea, tanpa menunjukkan barcode. Petugas SPBU tegas mengatakan tidak bisa melayani dengan meminta penulis mendaftar terlebih sambil menunjuk ada tempat mendaftar di sekitar SPBU dilengkapi petugas yang bisa membantu melakukan pendaftaran. Karena mengaku akan menuruti permintaannya, petugas pun mengaku untuk kali tersebut bersedia melayani, namun tidak akan mengulanginya ketika datang lagi tanpa bisa menunjukkan barcode.
Seperti dikatakan Mustika, penulis butuh waktu sekitar 20 menit selama proses pendaftaran untuk kemudian terverifikasi dan mendapatkan barcode. Penulis juga sudah merasakan pengisian BBM tanpa halangan dengan menunjukkan barcode tersebut.
Sementara itu, upaya mempercepat verifikasi data pendaftaran QR Code terus dilakukan Pertamina Patra Niaga Sulawesi. Tidak hanya secara manual, juga menggunakan teknologi Artificial Intelligent (AI). Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari mengaku, dengan teknologi ini, kecepatan verifikasi meningkat 3x lipat dibandingkan manual.
Ia menjelaskan, data pendaftar yang masuk diverifikasi AI, kemudian dicocokkan dengan data Korlantas. Namun, ketika data yang diunggah pendaftar tidak terbaca, AI tidak bisa memprosesnya dan verifikasi dialihkan ke proses manual.
Data terkendala biasanya karena foto yang diunggah pecah atau STNK pendaftar tertekuk sehingga tidak terbaca sistem. Data yang tidak terbaca AI, maka data pendaftar masuk ke sistem manual yang dilakukan oleh petugas verifikator
“Verifikasi manual ini semacam pengecekan ulang. Sedangkan pendaftar yang lolos verifikasi akan mendapat notifikasi QR Code subsidi tepat melalui email yang didaftarkan,” sebut Heppy.
Sedikitnya ada ekitar 140 verifikator untuk QR Code Pertalite ini. Dengan banyaknya verifikator dan sistem AI, verifikasi bisa dipercepat dan masyarakat tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan QR Code.
Hal sama disampaikan Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw. Menurutnya, penerapan teknologi merupakan komitmen Pertamina untuk selalu berinovasi dalam penyaluran energi bagi masyarakat di era digitalisasi agar lebih lebih optimal.
Terkait program subsidi tepat melalui penggunaan QR Code, merupakan program pemerintah untuk mengatur penyaluran kuota BBM Subsidi kepada Masyarakat. Sehingga kuota yang terbatas dapat disalurkan secara cukup dan mengurangi terjadinya antrean. Hal ini juga diyakini meningkatkan pendapatan daerah karena adanya potensi peningkatan PBBKB dari meningkatnya penjualan BBM non subsidi, membantu Pemda dalam proses pengawasan penyaluran BBM subsidi ke masyarakat sesuai amanat Undang-undang Migas No 22/2001.
Bali Putra