BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Perbankan di Sulawesi Selatan (Sulsel) harus bekerja lebih untuk mengejar target sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) 2024. Utamanya dalam hal penggalangan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pencairan kredit. Pasalnya, hingga Triwulan III-2024, realisasi pertumbuhan DPK baru 4,77% dari target pertumbuhan 18,55% dan realisasi kredit 3,60% dari target 9,70%.
Dengan target pertumbuhan 18,55%, DPK perbankan di Sulsel hingga Desember 2024 seharusnya sebesar Rp148,28 triliun. Namun hingga akhir Triwulan III-2024 baru terealisasi Rp133,76 triliun atau masih butuh Rp14,52 triliun untuk mencapai target. Sedangkan, target kredit hingga Desember 2024 sebesar Rp169,12 triliun dan realisasi hingga September 2024 sebesar Rp163,29 triliun atau masih kekurangan Rp5,83 triliun.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (OJK Sulselbar), Darwisman mengatakan, target Desember 2024 tersebut merupakan target RBB untuk bank umum yang beroperasi di wilayah Sulsel.
Namun berdasarkan outlook OJK 2024, target pertumbuhan DPK diproyeksikan sebesar 6% – 8%, sementara kredit berada direntang 9% -11%.
Sementara dari sisi aset perbankan di Sulsel, tumbuh sebesar 7,23% secara tahunan (yoy) menjadi sebesar Rp199,36 triliun.
“Secara umum, pada September 2024, kinerja perbankan Sulsel mengalami pertumbuhan yang positif secara year on year untuk Aset, DPK, dan Kredit masing-masing 7,23%, 8,71% dan 6,90%,” ujar Darwisman saat memaparkan perkembangan sektor jasa keuangan Sulsel pada Journalist Update, Jumat (15/11/2024).
Bank konvensional mendominasi kegiatan usaha perbankan secara keseluruhan dibandingkan bank syariah, dengan share aset sebesar Rp183,20 triliun atau 91,89%, kemudian DPK Rp122,23 triliun atau 91,38% dan Kredit sebesar Rp149,83 triliun atau 91,76%.
Sedangkan bank syariah share aset sebesar Rp16,16 triliun atau 8,11%, DPK Rp11,53 triliun (8,62%), dan Kredit Rp13,46 triliun atau 8,34%.
“Hingga September 2024, penghimpunan DPK tercatat Rp133,76 triliun atau tumbuh 8,71% (yoy). DPK masih didominasi tabungan sebesar Rp78,22 triliun (58,48%), deposito Rp34,01 triliun (25,43%) dan giro Rp21,53 triliun (16,09%),” sebutnya.
Untuk penyaluran kredit, secara penggunaan dominan untuk kredit produktif Rp89,78 triliun (55%) dan 45% atau Rp73,51 triliun untuk kredit konsumtif. Untuk share kredit per sektor ekonomi, tertinggi untuk sektor Perdagangan Besar dan Eceran Rp38,69 triliun atau 23,69% dengan Non Performing Loan (NPL) 4,74%.
“Tingkat risiko kredit perbankan di Sulsel tetap terjaga di posisi 2,91% dan berada di bawah ambang batas (treshold) 5%. Berdasarkan kegiatan, NPL bank umum dan Bank Perekonomian Rakyat (BPR) masing-masing 2,90% dan 3,03%. Sementara indikator fungsi intermediasi (LDR) mencapai 124,35%,” tambah Darwisman.
Kredit UMKM tumbuh 5,41% dengan rasio NPL 4,60%. Pangsa kredit UMKM mencapai 38,53% dari total kredit perbankan dengan jumlah debitur 912.248 rekening. Penyaluran kredit tersebut baru menjangkau 50% dari jumlah UMKM di Sulsel yang tercatat 1.801.842 UMKM.
Sedangkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga 24 Oktober 2024 telah tersalurkan Rp14,26 triliun kepada 260.985 debitur. Penyaluran KUR terbesar pada sektor pertanian, Rp6,41 triliun dengan share 44,96% dan sektor perdagangan sebesar Rp4,89 triliun dengan share 34,33%. Penyaluran KUR didominasi segmentasi mikro mencapai Rp11,53 triliun dengan share 80,90%.
Bali Putra