Tantangan BPR Dalam Transformasi Digital

195
N. Tri Suswanto Saptadi -- Dosen Informatika, Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Peran bank dalam aktifitas sehari-hari di masyarakat, dapat ditunjukkan melalui pertumbuhan bank yang makin hari semakin banyak. Ini sebagai upaya meningkatkan perekonomian dalam negeri, dengan kemudahan bertransaksi.

Secara umum sebagai lembaga, bank berfungsi untuk menghimpun dana masyarakat, menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit, memperlancar transaksi perdagangan dan pembayaran uang, memperlancar mekanisme atau lalu lintas pembayaran, dan pemberian fasilitas atau kemudahan mengenai aliran dana, dari yang kelebihan kepada yang membutuhkan dana.

Selain itu juga, bank dapat mengatur stabilitas uang dan layanan jasa lain, yang dibutuhkan oleh masyarakat. Keberadaan sebuah bank agar tetap dapat eksis, serta bersaing secara baik dan sehat di dalam bisnis, perlu memperhatikan beberapa aspek pendukung.

Kriteria dan tata cara penilaian perlu diperhatikan, untuk menentukan kondisi kesehatan suatu bank. Penilaian ini biasanya menggunakan suatu pendekatan analisis keuangan, yang disebut dengan analisa CAMEL (Capital, Asset Quality,

Management, Earning, and Liquidity), atau dengan istilah lain meliputi aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, kualitas likuiditas, rentabilitas, dan sensitivitas.

Dalam pertumbuhan perekonomian di masyarakat, terdapat salah satu bank yang dekat dengan masyarakat, yaitu: Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yang juga berperan menghimpun dana dari masyarakat, dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Peran lain juga dapat diberdayakan oleh BPR, dengan menyalurkan dana kepada masyarakat secara efektif, dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan, serta pula menawarkan penempatan dana dan pembiayaan melalui prinsip syariah, berdasarkan ketetapan dari Bank Indonesia.

Dalam merealisasikan misi, BPR pada umumnya tentu melayani kebutuhan masyarakat umum, seperti nelayan, petani, pedagang, peternak, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan yang target pelayanan.

Baca Juga :   Saya Percaya

Hal ini tentu masih belum terjangkau oleh bank umum, sehingga BPR berpeluang sangat baik untuk mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan pendapatan, pemerataan kesempatan berusaha, sehingga masyarakat dapat terhindar dari kegiatan para rentenir dan pengijon.

Namun demikian, pelayanan yang juga paling dicari nasabah adalah kemudahan dalam pemberian pinjaman, dengan tetap tidak mengabaikan sistem keamanan untuk menagih angsuran pinjaman. Selain itu, juga perlu memanfaatkan nasabah yang ditolak oleh bank umum, karena kekurangan persyaratan administrasi, sehingga dapat menjadi peluang dalam memberikan fasilitas yang tidak terlalu sulit, seperti pada layanan bank umum.

Untuk dapat menghadapi tantangan terhadap perkembangan ekonomi, dengan potensi generasi milenial di masyarakat, diharapkan BPR dapat meningkatkan layanan digital melalui wadahPerbarindo, agar dapat bersaing dan juga menunjang perkembangan bisnis.

Beberapa langkah yang dapat ditempuh adalah menginisiasi dan merealisasikan pengembangan Mobile Point of Sales (MPOS), yang dapat membaca KTP elektronik, yang terintegrasi dengan mesin Electronic Data Capture (EDC), sehingga memiliki fungsi yang lebih dari sekedar pembaca e-KTP reader.

MPOS bisa digunakan untuk aktivitas perbankan, seperti setor tunai, tarik tunai, cek saldo, cek mutasi, pemindahan buku, pembukaan rekening atau pendaftaran, dan layanan multibiller.

Di masa mendatang diharapkan, BPR mampu menunjang secara efektif dan berdaya saing, melalui pelaksanaan pembangunan nasional, dengan berperan aktif dalam peningkatan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kiranya peluang selalu ada, dan tentu perlu kehati-hatian dalam melihat fenomena dan tren yang ada di masyarakat dalam berbisnis,  dan terutamanya bertransaksi secara finansial.

Penulis: N. Tri Suswanto Saptadi — Dosen Informatika, Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar