BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Kini, ditengah penetrasi terhadap serbuan fashion modern yang dilakukan para pengrajin/pengusaha dan juga pemerintah berhasil mengembalikan gairah industri sutera daerah ini.Kini para pengusaha berani keluar dan juga menjual sutera di Makassar hingga ke Jakarta dan sejumlah kota-kota besar lainnya. Pasar pun perlahan menerima komoditas khas ini. Komodifikasi sutera pun semakin beragam. Tanpa menghilangkan kodratnya sebagai warisan budaya, oleh para desainer sutera dikomodifikasi menjadi busana modern yang tidak lagi terkesan kuno dan etnik semata.
Pada Hari Jadi Sulsel lalu misalnya, dipamerkan beragam busana dengan bahan dasar kain sutera dalam bentuk fashion show. Mengangkat tema “Fashion Silk On The Street” fashion show ini berhasil menarik perhatian dan membuka mata masyarakat bahwa sutera yang kerap dicitrakan ‘kampungan’ pun bisa menembus karpet merah dunia fashion modern.
Dengan konsep yang boleh dibilang out of the box, fashion show yang diadakan di atas karpet merah dengan catwalk di atas aspal jalan protokol Jl Jenderal Sudirman, Makassar itu disorot berbagai media dari dalam dan luar negeri. Beberapa majalah nasional bahkan sudah menurunkan laporan mengulas event penting ini.
Model-model tersebut memamerkan busana rancangan sejumlah desainer asal Makassar dan Jakarta. Seluruh busana menggunakan bahan dasar sutera di mana 45 model asal Jakarta mengenakan rancangan desainer Tuti Cholid dan 300 busana hasil rancangan desainer-desainer asal Makassar.
Para perancang busana pada fashion show ini tampaknya paham betul mengenai motif dan corak dasar dari sutera Bugis yang selama ini dikenal dan telah menjadi identitas global. Busana-busana yang ditampilkan ada yang motif balo tettong (bergaris atau tegak), motif makkalu (melingkar), motif mallobang (berkotak kosong), dan motif balo renni (berkotak kecil).
Dari sejarahnya, setiap motif sebenarnya punya makna-makna tersendiri. Motif balo renni misalnya, diperuntukkan bagi gadis perawan yang belum menikah. Pasangannya adalah motif mallobang yang dikenakan oleh pria bugis yang belum menikah./Mohamad Rusman