Sulsel, Daerah dengan Tingkat Inflasi ke-8 Terendah Secara Nasional

121
Kakanwil DJPb Sulawesi Selatan, Supendi saat konferensi pers yang digelar Kantor Perwakilan Kementerian Keuangan Sulsel untuk merilis kinerja APBN regional Sulsel hingga 31 Juli 2024 secara daring, Rabu (21/08/2024). POTO : BALI PUTRA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi daerah dengan Tingkat inflasi ke-8 terendah secara nasional. Pada Juli 2024, inflasi Sulsel mencatatkan performa yang baik sebesar 1,74% (yoy). Angka ini berada pada rentang sasaran 3%+1. Tingkat inflasi month-to-month (mtm) sebesar -0,18% dan tingkat inflasi year to date (ytd) sebesar 0,89%.

“Sulawesi Selatan menjadi daerah dengan tingkat inflasi ke-8 terendah secara nasional,” ungkap Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kanwil DJPb) Sulawesi Selatan, Supendi dalam konferensi pers yang digelar Kantor Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan untuk merilis kinerja APBN regional Sulawesi Selatan hingga 31 Juli 2024, Rabu (21/08/2024).

Dalam konferensi pers yang digelar secara daring, Supendi menjelaskan, daerah dengan Tingkat inflasi terendah secara nasional, Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,84%. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan 5,09%.

Grafik perkembangan inflasi yang menunjukkan Sulsel menjadi daerah dengan tingkat inflasi ke-8 terendah secara nasional. Sumber : Screenshot Konferensi Pers, Rabu (21/08/2024)

Khusus di Pulau Sulawesi, Sulsel menjadi provinsi dengan Tingkat inflasi ke-2 terendah. Di mana, inflasi terendah terjadi di provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 1,73%. Sedangkan tertinggi, terjadi di Sulawesi Utara 4,03%

Sementara itu, terkait perkembangan ekonomi Supendi menyebutkan, APBN 2024 sebagai Shock Absorber terus dioptimalkan untuk mendukung kebijakan countercyclical di tengah ketidakpastian global

Pertumbuhan ekonomi global masih dibayangi risiko dan ketidakpastian. Geopolitik masih menjadi faktor risiko terbesar antara lain dinamika pasar keuangan yang menyebabkan volatilitas nilai tukar dan yield, meningkatnya konflik dan friksi antarnegara (perang di Ukraina, krisis Timur Tengah, dan friksi antara AS dan Tiongkok), maraknya kebijakan industri global, peningkatan jumlah sanksi dan restriksi dagang, serta melemahnya peran institusi global.

Pada regional SulSel, ekonomi tumbuh sebesar 3,20% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Sulselatan masih dibawah rata-rata nasional namun masih menjadi tertinggi dibanding provinsi lain di Pulau Sulawesi.

Baca Juga :   Test Covid 19  Swab PCR dapat Dilakukan di Siloam Makassar

Untuk ekspor – impor, komoditi fero-nikel dan hasil laut masih menjadi komoditi unggulan Sulsel, di mana Jepang dan China masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar. Kinerja Ekspor Pengguna Fasilitas Kawasan Berikat sebesar 332,6 Juta US$, sementara kinerja impor berada pada angka 50,94 Juta US$.

“Neraca Perdagangan Juli 2024 surplus 32,65 Juta US$. Nilai ekspor tercatat 139,32 Juta US$, sementara nilai impor tercatat 106,68 Juta US$,’ sebutnya.

Secara umum neraca perdagangan kumulatif Januari – Juli 2024 mengalami penurunan sebesar 0.36 (yoy). Neraca perdagangan yang melanjutkan tren surplus sepanjang 49 bulan terakhir.

Pendapatan APBN Sulsel hingga 31 Juli 2024 mencapai Rp9,32 triliun atau 55,77% dari target, meningkat sebesar 8,24% (yoy). Belanja APBN Sulsel mencapai Rp30,44 triliun atau 55,51% dari pagu, meningkat sebesar 6,88% (yoy).

“Pertumbuhan Belanja dan APBN Sulsel masih menjadi epicentrum perekonomian di Pulai Sulawesi,” tambahnya.

Bali Putra