BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Rupiah pada pagi hari, Rabu (23/9/2020) dibuka menguat di posisi Rp14.775 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.765 per dolar AS hingga Rp14.839 per dolar AS.
Namun, pada Rabu sore menunjukkan rupiah melemah menjadi Rp14.835 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.782 per dolar AS. Hal ini terjadi karena salah satu komentar Presiden The Fed Chicago, Charles Evans.
Charles Evans berkomentar dengan mengutarakan bahwa suku bunga acuan bank sentral berpeluang naik setelah dirinya mencapai nada hawkish dan mengatakan pelonggaran kuantitatif lebih lanjut mungkin tidak memberikan dorongan tambahan untuk ekonomi AS.
Menurut, Pakar Ekonomi Unismuh Abdul Muttalib Hamid, di pasar spot exchange, kurs rupiah berada di level Rp14.760 per dolar AS atau terdepresiasi 30 poin (0,2 persen) dibandingkan perdagangan sebelumnya Rp14.730.
“Transaksi rupiah hari ini diperdagangkan dalam kisaran Rp14.740 hingga Rp14.760 per dolar AS. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap euro melemah 0,08 persen ke Rp17.421,23, rupiah terhadap pound sterling melemah 0,05 persen ke Rp19.403,5, rupiah, terhadap yen melemah 0,2 persen ke Rp 138,88, rupiah terhadap dolar Australia melemah 0,27 persen ke Rp10.743,8, rupiah terhadap dolar Singapura melemah 0,1 persen keRp 10.791,” ujarnyakepada Bisnis Sulawesi, Kamis (24/9/2020).
Muthalib sapaan karibnya melanjutkan, bila kondisi pelemahan rupiah terhadap US$ dan currency lainnya berjalan 2 minggu kedepan, maka pasti akan berpengaruh terhadap inflasi dan perputaran uang dan meningkatnya suku bunga perbankan.
“Salah satu penyebab kenapa IDR mengalami tekanan dari beberapa mata uang asing, karena adanya beberapa utang luar negeri Indonesia yang mengalami jatuh tempo cicilan pembayaran, akibatnya para kreditur harus mencari dan membeli mata uang asing termasuk US$ sebagai alat bayar. Tekanan IDR dari beberapa mata uang asing terus akan mengalami pelemahan sampai beberapa minggu kedepan,” pungkasnya.