Prihatin Kriminalisasi BUMD Migas Pengelola PI10 Persen, ADPMET: PI 10 Persen Bukan Semata untuk Peningkatan PAD

90
ADPMET menggelar Rakornas dan menghasilkan sejumlah pernyataan sikap, di Kuta, Bali, 4-6 Desember lalu. POTO : ISTIMEWA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Maraknya pemberitaan terkait dugaan korupsi pada BUMD Migas Pengelola Participating Interest (PI) 10 persen Blok Migas, membuat penggiat BUMD Migas menjadi was-was, dibayang-bayangi potensi adanya kasus hukum, dan ketakutan akan dikriminalisasi. Mereka adalah penggiat BUMD Migas yang saat ini sedang berproses mendapatkan PI maupun yang tengah mengusahakan pengembangan bisnis dari PI.

Ini kemudian menjadi isu hangat di kalangan BUMD Migas Anggota Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) saat sesi pembahasan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ADPMET di Kuta, Bali, 4-6 Desember lalu.

“Menyikapi hal tersebut, ADPMET memandang perlu menyampaikan beberapa hal,” ujar Sekretaris Jenderal ADPMET, Andang Bachtiar belum lama ini.

Dikatakan andang, dana PI 10 persen Wilayah Kerja (WK) Migas, bukan Dana Bagi Hasil Migas. Dana PI adalah dana yang dihasilkan melalui keikutsertaan daerah (BUMD Migas) dalam bisnis migas yang memiliki resiko yang harus dipertangungjawabkan. “Tujuan utama PI adalah untuk mengembangkan BUMD agar dapat memberikan manfaat lebih besar kepada daerah penghasil migas, dengan mekanisme hibrid: regulatory (G to B) dan bisnis (B to B),” katanya.

ADPMET menyebutkan, dana PI 10 persen Wilayah Kerja (WK) Migas, bukan Dana Bagi Hasil Migas. Dana PI adalah dana yang dihasilkan melalui keikutsertaan daerah (BUMD Migas) dalam bisnis migas yang memiliki resiko yang harus dipertangungjawabkan. POTO : ISTIMEWA

Tujuan utama pengalihan PI 10 persen kepada BUMD dan pengelolaan PI 10 oleh BUMD/Anak Perusahaan BUMD sesuai urutan kepentingannya. Di mana, terjadi keterbukaan data lifting minyak dan gas bumi bagi daerah melalui BUMD sehingga pemerintah daerah dapat melakukan perencanaan anggaran yang lebih tepat berdasarkan perkiraan dana bagi hasil migas yang akurat. Adanya alih pengetahuan teknologi dan proses bisnis dari industri migas kepada putra-putri daerah sehingga daerah dapat memberikan dukungan yang tepat pada kelancaran operasi migas, sekaligus meningkatkan kemampuan daerah dalam pengelolaan industri migas. Peningkatan perekonomian daerah melalui efek pengganda (multiplier effect) industri migas daerah, di mana BUMD Migas dapat berpartisipasi di industri penunjangnya dengan menggunakan dana hasil pengelolaan PI 10 persen, daerah dapat lebih mudah dan murah mengakses energi melalui DMO maupun ‘inkind’ PI-10 persen yang diperoleh oleh BUMD Migas melalui partisipasi di Pengelolaan WK Migasnya, serta pemerintah daerah memiliki sumber pendapatan baru dari dividen yang disetorkan BUMD dari pengelolaan PI 10 persen , kegiatan hulu dan hilir migas serta bisnis ikutannya.

Baca Juga :   Pandemi Covid 19, Industri Jasa Keuangan Penting Kedepankan GCG

Keikutsertaan BUMD/Anak Perusahaan BUMD Migas dalam Pengelolaan PI 10 persen, bukan tanpa resiko. Seperti halnya yang dilakukan oleh operator (KKKS), BUMD/Anak Perusahaan BUMD Migas juga harus memitigasi dan mempertanggungjawabkan resiko-resiko tersebut yaitu; resiko penurunan produksi, operating cost yang meningkat, kegagalan investasi dan kewajiban pajak yang harus dibayar di muka.

Perusahaan Penerima dan Pengelola PI 10-% (BUMD/Anak Perusahaan BUMD) bukan hanya pasif duduk diam saja, seperti yang dipersepsikan oleh sebagian kalangan tetapi memiliki tanggung jawab bersama-sama Pemerintah Daerahnya dalam hal percepatan proses penerbitan perizinan dan membantu penyelesaian permasalahan yang timbul terkait pelaksanaan kegiatan KKKS di daerah, seperti yang telah diatur dalam Pasal 19 Permen ESDM No. 37/2016.

Untuk melaksanakan tanggungjawab tersebut BUMD/Anak Perusahaan BUMD Migas penerima dan pengelola PI 10 persen mempunyai unit kerja yang menangani TJSL (tanggung jawab sosial dan lingkungan) untuk memastikan masyarakat sekitar di daerah operasi kondusif mendukung operasi K3S yang bersangkutan. Dasar hukum dari TJSL sudah diatur pula dalam Peraturan Pemerintah No. 54/2017 Pasal 106 ayat 1 yang berbunyi: “BUMD melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan cara menyisihkan sebagian laba bersih”.

Dalam hal penggunaan dana hasil pengelolaan PI 10 persen, tidak mungkin begitu saja dana itu disetor ke Pemerintah Daerah sebagai PAD karena BUMD tunduk kepada aturan yang tertuang dalam PP No. 54/2017 Pasal 105 ayat 1 yang menyatakan bahwa Penggunaan laba Perusahaan Perseroan Daerah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perseroan terbatas. Juga ayat 2, di mana, dividen perusahaan perseroan Daerah yang menjadi hak Daerah merupakan penerimaan Daerah setelah disahkan oleh RUPS”.

Dugaan-dugaan korupsi pada BUMD penerima PI selama ini disinyalir karena adanya ketidakpahaman beberapa kalangan atau penafsiran yang kurang sempurna terhadap aturan-aturan terkait BUMD Migas dan PI10% yaitu Peraturan Pemerintah No. 35/2004 tentang Kegiatan Hulu Migas yang telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah No. 55/2009, Peraturan Pemerintah No. 54/2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah, Permen ESDM No. 37/2016 tentang Ketentuan Penawaran PI-10 persen Pada WK Migas, dan Keputusan Menteri ESDM No. 223/2022 tentang Ketentuan Penawaran PI 10 persen kepada BUMD di Wilayah Kerja Migas.

Baca Juga :   Kirab Budaya dan Pesta Rakyat Tutup Rangkaian Peringatan HUT Ke-354 Sulsel

Oleh karenanya ADPMET mengimbau para pihak yang berkepentingan duduk bersama guna mengklarifikasi regulasi-regulasi tersebut, sebelum dilanjutkan dengan proses hukum apabila memang diperlukan.

Dari 78 Wilayah Kerja Migas yang berproses untuk dibagikan PI 10 persen kepada BUMD Migas, baru sembilan yang prosesnya sudah selesai dalam waktu delapan tahun terakhir. “Artinya masih ada 69 lagi yang saat ini sedang berjalan dan berproses,” kkatanya.

Namun dengan adanya beberapa kasus hukum yang membayang-bayangi beberapa BUMD penerima tawaran PI 10 persen, proses ini menjadi berjalan lambat dan mengendurkan semangat BUMD dalam mengusahakan percepatan PI. Hal ini tentu saja menjadikan keprihatian tersendiri dimana kesempatan daerah untuk turut serta dalam bisnis migas dari sumber daya alam yang ada di daerahnya dalam rangka mendukung program pemerintah menjadi terhambat.

“Kami membuat pernyataan keprihatinan ini, mewakili aspirasi dari 88 Daerah Penghasi Migas dan 70 BUMD Migas anggota ADPMET, sebagai hasil (Rakornas) di Bali, 4-6 Desember lalu,” jelasnya. *