BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Sulawesi Selatan (Sulsel) boleh berbangga. Di Hari Jadi atau HUT ke-348 pada 19 Oktober tahun 2017, sederet prestasi pun telah ditorehkan oleh provinsi yang berjulukan “negeri para pemberani” ini. Bahkan laju pertumbuhan ekonominya pun 7%, atau diatas pertumbuhan ekonomi nasional.
Mengusung tema “Dengan HUT Sulsel mengokohkan diri menjadi provinsi yang berkemajuan modern, mandiri dan berkeadilan” sejumlah rangkaian kegiatan ikut meriahkan, peresmian proyek seperti flyover, tol layang dalam kota, pengembangan jembatan tello, RS Jantung Unhas, rumah bersubsidi untuk guru, Underpass simpang lima Bandara, dan lainnya.
Dibalik torehan pretasi tersebut, Sulsel juga menyimpan banyak potensi sumber daya alamnya, seperti pertanian, perkebunan, kelautan dan lainnya yang tercatat sebagai penyumbang terbesar bagi produksi nasional bahkan dikenal dunia karena diekspor ke berbagai negara.
Potensi kekayaan alam Sulawesi Selatan tersebut membawa daerah ini menapaki tangga peradaban dunia. Dan calon investor pun mengalir deras melirik potensi di Sulsel.
Kakao
Sulawesi Selatan populer dengan potensi kakao. Bahkan, produk kakao-nya mendapat pengakuan dunia. Kakao Sulawesi Selatan menyumbang 60% produksi kakao nasional yang membuat kakao Indonesia mendapat rangking ke-3 di dunia dengan penghasilan produksi sekitar 720 ribu ton per tahun.
Tak hanya produksi, CEO Barry Callebaut, Juergen B Steineman memuji kualitas kakao asal Sulawesi Selatan, sebagai salah satu kakao terbaik dunia. Bahkan pada 3 September 2013 secara khusus ia datang ke Sulsel peresmian pabrik pengolahan biji kakao perusahaan asal Zurich, Swiss.
Rumput Laut
Rumput laut menjadi potensi unggulan Sulawesi Selatan. Dari produksi nasional, sekitar 33,33% produksi rumput laut dihasilkan dari daerah ini.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membenarkan, Sulawesi Selatan merupakan salah satu produsen rumput laut terbesar di Indonesia.
Bahkan produktifitas rumput laut di Sulawesi Selatan setiap tahunnya bisa mencapai sekitar 1,5 juta ton senilai US$ 1,9 juta. Dengan luas lahan sekitar 500 ha, diyakini Sulawesi Selatan dapat menyaingi produksi Pantai Gading. “Sulawesi Selatan sudah siap menjadi sentra rumput laut,” kata Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Sulsel.
Toraja Coffee
Kopi multi-dimensi jenis Arabika ini tumbuh di dataran tinggi Sulawesi Selatan. Bahkan, jenis kopi ini masuk 10 terbaik di dunia. Manisnya pedesaan Tana Toraja dan catatan buah diredam menciptakan rasa mendalam dengan kualitas yang pedas menyengat mirip dengan kopi Sumatera. Toraja kopi diproses dengan menggunakan basah giling basah metode, yang menghasilkan sekam bebas biji kopi hijau.
Keasaman rendah-kencang namun bersemangat, dengan tubuh lebih kecil dari kopi Sumatera meskipun sedikit lebih asam, dan dengan popularitas lebih dari kopi Arabika khas Jawa.
Lumbung Beras
Sejauh ini, Sulawesi Selatan mengalami surplus produksi beras sebesar 2,6 juta ton dari total produksi gabah kering giling alias GKG sebesar 5,8 juta ton atau setara 3,6 juta ton beras sepanjang tahun 2016 hingga 2017.
Sulsel sebagai daerah lumbung pangan berupaya memenuhi kebutuhan pasokan beras untuk sejumlah daerah di Indonesia. “Daerah kita kan surplus 2,6 juta ton beras dan itulah yang kemudian diantar pulaukan. Sulsel sudah mengantarpulaukan beras ke-22 provinsi di Indonesia,” ungkap Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo.
Karena itu, daerah ini menargetkan produksi GKG menembus 6,2 juta ton pada tahun ini, dengan mencetak sekitar 2.500 hektar sawah baru. Dalam lima tahun terakhir, Sulsel mencetak sekitar 30 ribu hingga 40 ribu sawah baru yang tersebar di 24 kabupaten/kota. Adapun sentra produksi padi tersebar di kawasan kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Sinjai, Luwu, Pinrang dan Bulukumba.
***Mohamad Rusman