PLN Beri Bantuan untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Pelosok Soppeng

132
POTO : ISTIMEWA

BISSSULAWESI.COM, SOPPENG – Keterlibatan perempuan dalam meningkatkan perekonomian harus dioptimalkan melalui kolaborasi berbagai pihak. Pemerintah hingga swasta perlu memberikan perhatian lebih lewat berbagai inisiatif program untuk menguatkan peran perempuan dalam memajukan sektor penggerak roda perekonomian.

Salah satunya, PT PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (Sulselrabar) lewat PLN Peduli secara konsisten mengagas program pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa.

Terbaru, PLN UID Sulselrabar mengucurkan bantuan Rp185 juta untuk Kelompok Syam Pelangi di Kabupaten Soppeng yang beranggotakan 15 ibu-ibu berprofesi sebagai tukang jahit.

Founder Kelompok Wanita Syam Pelangi, Syamsuriani mengungkapkan bantuan dana dari PLN digunakan untuk membeli 9 mesin jahit listrik serta peralatan dan keperluan jahitan lainnya dalam menunjang operasional ibu-ibu di Kelompok Wanita Syam Pelangi.

Selain bantuan dana, PLN juga melaksanakan Pelatihan dan Pengembangan Konveksi Listrik serta Ecoprint sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menjahit ibu-ibu Kelompok Wanita Syam Pelangi.

POTO : ISTIMEWA

Pelatihan yang berlangsung pada 7-12 November 2022 itu berlangsung di Desa Pesse, Kecamatan Donri-donri, Kabupaten Soppeng. Ada 12 anggota Kelompok Wanita Syam Pelangi yang terlibat serta mendatangkan khusus seorang mentor profesional dari Jakarta.

“Luar biasa pelatihannya karena ilmu-ilmu baru buat kita dan metode jahitannya sangat bagus,” ungkap Nurlaela, Pengelola Kelompok Wanita Syam Pelangi sekaligus Founder PKBM Cendikia Paripurna Bangsa.

Menurutnya, sebelum mengikuti pelatihan, jahitan yang bisa dikerjakan oleh ibu-ibu Kelompok Wanita Syam Pelangi sangat terbatas. Baik dari sisi variasi maupun jumlah. Hak itu turut berdampak pada pendapatan mereka.

“Sebelum pelatihan kami hanya bisa bikin sesuai pesanan (orderan). Tapi kadang ada jahitan dan kadang tidak ada, karena kita harus menunggu,” beber Nurlaela.

Baca Juga :   11,323 Peserta Penerima Bantuan Iuran BPJS di Makassar Dinonaktifkan

Ongkos untuk setiap jahitan biasanya beragam, mulai dari Rp75.000 hingga Rp150.000. Jika jahitan cukup rumit, ongkosnya bisa sampai Rp1,5 juta. Adapun jahitan yang bisa selesai dalam sehari hanya satu. Sehingga rata-rata omzet yang diperoleh masing-masing anngota Kelompok Wanita Syam Pelangi maksimal Rp3 jutaan.

Nurlaela optimistis omzet tersebut akan meningkat setelah diberikan bantuan dana dan pelatihan oleh PLN. Karena variasi jahitan yang bisa dikerjakan oleh ibu-ibu Kelompok Syam Pelangi semakin banyak.

Kalau dulunya hanya bisa mengerjakan orderan seperti kebaya hingga baju bodo, saat ini jahitan yang bisa dikerjakan akan lebih variatif. Mereka juga tidak perlu lagi hanya menunggu pesanan, tapi sudah bisa menjahit dan membuat baju yang bisa dijual di gallery maupun marketplace.

“Kalau dulu harus satu-satu, orang mengukur baru bisa kita buatkan. Kalau sekarang kita bisa bekerja tanpa menunggu pesanan, karena setelah pelatihan kami sudah mengetahui teknik pola standar,” urai Nurlaela.

Tak hanya jenis jahitan yang lebih variatif, kapasitas produksi ibu-ibu Kelompok Syam Pelangi juga akan semakin besar dengan adanya mesin jahit konveksi. “Inshaallah nanti sudah bisa buat untuk stok jualan. Dari sisi kapasitas produk akan lebih banyak,” ujarnya.

Terkait omzet, Nurlaela belum bisa memprediksi angkanya karena bantuan dana dan pelatihan diberikan baru-baru ini. Tapi dia optimistis kesejahteraan ibu-ibu Kelompok Wanita Syam Pelangi akan meningkat usai mendapat sentuhan bantuan dari PLN. “Bantuan ini sangat luar biasa dan inshaallah (omzet) meningkat,” pungkasnya.

Lebih lanjut, General Manager PLN UID Sulselrabar, Moch. Andy Adchaminoerdin berharap dengan adanya pelatihan ini, dapat meningkatkan perekonomian serta kemandirian bagi masyarakat di Dusun Galung Langie.

“Kami berharap dengan adanya pelatihan ini, nantinya dapat meningkatkan perekonomian serta kemandirian bagi masyarakat setempat,” ujar Andy.

Baca Juga :   Rachmat Gobel Ingin Petani Gorontalo Belajar di Jepang