Pj Sekprov Buka “Kick Off Meeting” Pengembangan Sistem Komunitas Cerdas Iklim DAS Saddang

224
POTO : ISTIMEWA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Pj Sekprov Sulsel, Andi Muhammad Arsjad, membuka Kick Off Meeting Pengembangan Sistem Komunitas Cerdas Iklim Untuk Meningkatkan Ketahanan Iklim Masyarakat Daerah Aliran Sungai Saddang, yang dilaksanakan di Hotel Swissbell, Senin (30/10/2023).

Arsjad mengungkapkan, perubahan iklim dampaknya sangat lamban dan kronis, tapi bersifat pasti dan permanen. Mempengaruhi berbagai sektor strategis seperti pangan, energi, juga berdampak pada pembangunan nasional. Fenomena perubahan iklim, bukan sekadar permasalahan lingkungan, juga pembangunan.

“Daerah Aliran Sungai (DAS) memegang peranan penting untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Diantaranya kebutuhan air bersih, juga pertanian, perikanan, peternakan, kebutuhanlain,” ujarnya.

Seiring usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan di DAS seperti pemukiman, industri, pariwisata, perubahan penggunaan lahan, telah berdampak  perubahan fungsi hidrologis DAS.

POTO : ISTIMEWA

Ia menjelaskan, salah satu DAS di Provinsi Sulsel adalah DAS Saddang. Sungai Saddang merupakan sungai utama sepanjang 6.639 km. Meliputi delapan kabupaten dan satu kota.

Beberapa permasalahan lingkungan akibat perubahan fungsi hidrologi DAS, dapat menyebabkan bencana alam. Banjir dan kekeringan, erosi dan transportasi sedimen yang tinggi dan terjadinya penumpukan sedimen di wilayah hilir, kerusakan ekosistem pesisir pantai, kerusakan hutan, penurunan keanekaragaman hayati, dan peningkatan lahan kritis.

Ketidaksesuaian penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap tingkat erosi dan sedimentasi. Indeks penutupan lahan yang buruk sangat berpotensi terjadi erosi. Erosi dalam skala besar akan berpotensi menimbulkan bahaya tanah longsor. Sedangkan sedimentasi dalam skala besar akan mengakibatkan terjadinya pendangkalan sungai dan waduk, naiknya permukaan air sungai/waduk sehingga berpotensi menimbulkan banjir.

Oleh karena itu, saat musim hujan, periode musim hujan menjadi lebih pendek, jumlah hari hujan berkurang tetapi dengan intensitas yang lebih tinggi. Akibatnya, banjir bandang pun akan lebih sering terjadi. Sebaliknya ketika musim kemarau, periodenya menjadi lebih panjang dan mengakibatkan kelangkaan air. Hal ini menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Petani mengalami minus air.

Baca Juga :   Hari Ketiga di Australia, Fatmawati Rusdi Ikuti Kelas Gender Transformative Disaster Risk Reduction

“Hari ini, kita bersama-sama untuk mengidentifikasi langkah-langkah konkrit yang dapat kita ambil untuk melindungi masyarakat kita, lingkungan alam, dan sumber daya kita dari dampak buruk perubahan iklim. Peran pemerintah menjadi penting dalam hal menangani isu perubahan iklim,” ungkapnya.

Dalam acara kick-off ini, diharapkan kegiatan ini akan membantu dalam menyebarkan informasi, membangun kesadaran, dan mengkoordinasikan tindakan yang diperlukan. Kolaborasi pentahelix menjadi kunci dalam menghadapi ancaman bahaya perubahan iklim, dimana setiap stakeholder harus berkontribusi dalam upaya penanganan perubahan iklim.

“Untuk itu, kita berharap agar semoga kegiatan-kegiatan seperti ini, dapat memberikan dampak positif dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat Sulewesi Selatan. Kami percaya bahwa dengan kerja sama, kita akan dapat menciptakan solusi yang cerdas dan efektif untuk meningkatkan ketahanan iklim di daerah aliran sungai,” harapnya.

Hadir dalam kegiatan ini, Kabid Perekonomian dan SDA Bappelitbangda Provinsi Sulsel Inyo, Kepala Bappelitbangda Kabupaten/Kota se-Sulsel, hadir via zoom meeting Direktur Eksekutif Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan Laode Syarif.

*/Editor : Bali Putra