Pastikan Keberlanjutan, IFAD Supervisi Program SFITAL di Luwu Utara

183
POTO : ISTIMEWA

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – International Fund for Agricultural Development (IFAD) atau Dana Internasional untuk Pengembangan Agrikultural melakukan kunjungan lapangan ke Kabupaten Luwu Utara dalam rangka Supervisi Program Sustainable Farming in Tropical Asian Landscapes (SFITAL) atau Sistem Pertanian Berkelanjutan di Lanskap Tropis Asia, Kamis (18/5/2023).

Diketahui, hanya dua negara di Asia Tenggara yang mendapatkan program SFITAL, Filipina dan Indonesia. SDi Indonesia salah satunya Kabupaten Luwu Utara.

Kunjungan supervisi program SFITAL oleh IFAD bertujuan memastikan kemajuan kinerja program SFITAL di Luwu Utara. Diskusi dengan pemangku kepentingan untuk mendapatkan saran dan arahan untuk pelaksanaan program ke depan, serta memberi dukungan implementasi dan rekomendasi untuk pelaksanaan kegiatan ke depan.

Lead Regional Economist Asia and the Pacific Division, Abdelkarim Sma, yang memimpin langsung kunjungan lapangan dan supervisi ini mengatakan bahwa dalam pelaksanaan program SFITAL di Kabupaten Luwu Utara, menemukan banyak masalah di lapangan, seperti curah hujan tinggi, hama-penyakit, penggunaan klon, serta penggunaan pohon pelindung.

“Dari semua masalah yang ada, tentu kita ingin mencari solusi agar optimisasi program SFITAL di Luwu Utara dapat berjalan optimal,” kata Abdelkarim, saat diwawancarai melalui perantara penerjemah. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah memaksimalkan peran penyuluh pertanian dalam mengedukasi petani untuk meningkatkan produktivitasnya.

“Penyuluh harus bisa memberikan saran yang tepat kepada petani bagaimana meningkatkan produktivitas pertanian, dan selama ini saya lihat sudah berhasil membuat semacam paket penyuluhan dalam hal agroforestry yang bisa membuat perkembangan area kakao ke dataran yang lebih tinggi, sehinggga bisa membuat industri kakao itu tersertifikasi.

“Dengan terbangunnya kolaborasi antara IFAD, Pemda Kabupaten Luwu Utara, ICRAFT, World Agroforestry, MARS, dan Rainforest Alliance (RA), dapat meningkatkan produktivitas tanaman kakao dengan memenuhi standar yang ada. Kami sangat menghargai dan mengapresiasi atas terlaksananya program SFITAL di Kabupaten Luwu Utara,” terang Abdelkarim.

Baca Juga :   DORONG PEMERINGKATAN PERGURUAN TINGGI, UMI SIAPKAN KEBIJAKAN BARU

Kendati menemukan banyak masalah, Abdelkarim menilai program SFITAL sudah berada pada progres yang sangat baik dan tepat, dan pastinya akan terus ditingkatkan secara lebih optimal lagi. “Saya melihat sejauh ini sudah ada progress yang bagus dan tepat dan sudah ada beberapa yang harus kita tingkatkan dalam hal replikasi program pelatihan bagi petani.

Tak kalah menariknya, perubahan sertifikasi menjadi program lanskap. Di mana stakeholder terkait yang terlibat dalam kolaborasi program SFITAL ini bisa menjalin kerja sama yang baik. “Mereka tertarik melanjutkan program ini dan menyelesaikan standar yang dibuat, dan mengoptimisasi paket-paket dukungan yang akan kita buat selanjutnya,” paparnya.

“Ke depan kita gunakan model agroforestry, dan kita akan meningkatkan sinergi dan kolaborasi, serta mereplikasi contoh-contoh yang sudah baik ke dalam portofolio kami. Kita punya portofolio investasi, yang meng-cover banyak area, dan agroforestry yang berkelanjutan adalah bagian yang paling penting dalam program SFITAL ini,” pungkasnya.

Turut mendampingi Tim Supervisi Program SFITAL: perwakilan Dinas Pertanian, Bappelitbangda, Dinas Kominfo-SP, Dinas P2KUKM, KPH Rongkong, IFAD, ICRAF, Mars, dan Rainforest Alliance (RA). Selain itu, dari IFAD juga hadir Sarah Rahman, Analis Hibah Regional untuk kawasan Asia dan Pasifik, APR di UN IFAD, berkebangsaan Pakistan. (LH)