BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki berbagai potensi unggulan yang tersebar di 24 kota/kabupaten. Utamanya komoditas pada sektor pertanian, perikanan dan peternakan.
Dengan potensi unggulan daerah ini, Otoritas Jasa Keuangan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (OJK Sulselbar) optimis sektor jasa keuangan dapat berkontribusi dalam mendukung program makan bergizi gratis, yang secara langsung meningkatkan kebutuhan terhadap sektor pertanian, peternakan dan perikanan.
“Khususnya komoditas pangan utama, seperti padi untuk beras sebagai makanan pokok, sapi potong untuk daging sapi, unggas untuk daging ayam dan telur, serta perikanan untuk ikan dan hasil laut lain,” ungkap Kepala OJK Sulselbar, Darwisman, belum lama ini.
Melihat jumlah siswa (SD-SMA) di Sulsel, 1.896.186 orang (Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, diolah), maka peluang peningkatan produksi pada sektor pertanian, peternakan dan perikanan semakin besar.
Di Sulsel, kontribusi hortikultura pada jenis tanaman sayuran tertinggi, bawang merah (14,4 persen) dan cabai rawit (10,9 persen). Komoditi bawang merah mencatatkan surplus pada neraca ekspor impor namun demikian belum memiliki daya saing global dengan indeks RSCA -0,64 persen pada 2023. Sementara cabai rawit mencatatkan angka defisit.
“Sulsel merupakan salah satu sentra produksi bawang merah dan cabai rawit nasional dengan ranking 5 pada bawang merah dan 7 pada produksi cabai rawit,” sebut Darwisman.
Komoditas nanas madu juga menjadi potensi di Sulsel. Banyak dibudidayakan di Desa Jangan-jangan, Barru dengan potensi lahan seluas 3.000 hektare.
“Saat ini telah berjalan proses budidaya pada 150 hektare lahan,” tambahnya.
OJK bersama TPAKD Barru terus berupaya mendorong peningkatan budidaya nanas madu oleh petani termasuk peningkatan literasi dan inklusi keuangan. OJK juga telah melakukan edukasi kepada petani untuk mendukung penyempurnaan ekosistem bisnis
Pada sektor perikanan, share perikanan tangkap laut terhadap nasional berada pada posisi ketiga dengan share sebesar 5,54 persen. Empat jenis perikanan tangkap laut terbesar di Sulsel, tongkol, cakalang, tuna dan udang. Pada perikanan budidaya, rumput laut merupakan komoditas dengan nilai PDRB sebesar 27,72 persen terhadap nasional dengan tiga jenis perikanan budidaya terbesar yaitu rumput laut, bandeng dan udang. Produksi rumput laut terbesar di Sulsel berada di Kabupaten Luwu Timur sebesar 633.924 ton.
Penyaluran kredit sub sektor budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan posisi Okt 2024 mencapai Rp539 miliar. Adapun NPL penyaluran kredit di sub sektor budidaya rumput laut sebesar 3,69 persen. Peyaluran tertinggi di Jeneponto sebesar Rp107 miliar (Share 19,97 persen), kemudian di Kota Palopo Rp98 miliar (Share 18,21 persen), dan Kabupaten Luwu Utara Rp70 miliar (Share 13,14 persen). Share kredit sub sektor budidaya rumput laut terhadap kredit sektor perikanan sebesar 25,68 persen.
Pada sektor peternakan Sulawesi Selatan, share Sub Sektor Peternakan terhadap Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yaitu sebesar 6 persen dengan pertumbuhan sebesar 6,49 persen pada tahun 2023. Adapun produksi daging ternak di Sulawesi Selatan didominasi oleh daging ternak sapi dengan share sebesar 63,15 persen.
Penyaluran kredit sektor pertanian dan perkebunan didominasi oleh komoditas Padi (46,48 persen) dan pada sektor peternakan didominasi oleh Sapi Potong (43,38 persen) dan Unggas (34,09 persen). Penyaluran kredit yang telah terfokus pada komoditas ini berpotensi mempercepat peningkatan kapasitas produksi petani dan peternak serta mendukung program makan bergizi gratis.
Penyaluran kredit sektor perikanan didominasi oleh komoditas Rumput Laut (27,12 persen), Laut Tuna (14,45 persen) dan Biota Budidaya Air Payau Lainnya (11,56 persen).
TPAKD Prov Sulsel telah mendorong program pengembangan budidaya pisang cavendish. Peningkatan skala (Scale Up) program pengembangan pisang cavendish memiliki potensi yang dapat terus dikembangkan. Sejak awal program diinisiasi, terlihat adanya peningkatan baik dari sisi sebaran lokasi budidaya, jumlah petani, luas lahan, jumlah offtaker, jumlah IJK dan jumlah realisasi kredit.
Bali Putra