BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAAR — Sebenarnya di Kota Makassar, banyak kaum muslimah yang berminat untuk mempelajari ilmu beladiri, tapi belum ada yang wadah yang bisa menampung keinginan mereka. Perguruan beladiri yang sudah ada, dianggap belum syar’i karena kaum wanita melakukan latihan bercampur bersama pria.
Hal ini lah yang kemudian melahirkan ide membentuk Muslimah Hapkido Archery Family (Mushaf), yang merupakan komunitas beladiri dan memanah khusus muslimah. Ilmu beladiri yang dipelajari yakni hapkido, berasal dari Korea Selatan.
Dibentuk Juli 2016, Mushaf mewadahi para kaum Hawa yang ingin mengikuti latihan beladiri bersama, tapi tetap dalam kerangka syariat Islam, tidak bercampur baur laki-laki dengan perempuan. Tempat latihannya pun dilakukan di ruangan tertutup, sehingga jauh dari pandangan manusia yang bukan muhrimnya.
“Banyak muslimah yang berbusana syar’i, memakai cadar, berjilbab besar, sebenarnya mereka memiliki keinginan yang sangat besar dalam menekuni beladiri. Tapi karena tidak adanya wadah, sehingga kami melihat itu sebagai masalah. Kami ingin hadir sebagai solusi bagi mereka,” ujar Sri Rahmi, pembina dari Msuhaf.
Menurutnya, jilbab bukan lah sebagai halangan untuk kaum wanita bisa mengeksplorasi potensi atau kemauan yang mereka miliki. Tetapi justru menjadi penyemangat, agar mereka bisa menjadi muslimah yang cerdas, tangguh dan berkarakter.
Mushad menjadi wadah komunitas yang mempertemukan para kaum Hawa di Kota Makassar, yang memiliki minat yang sama dalam ilmu beladiri Hapkido. Kegiatan rutin yang mereka lakukan, Sabtu jam 11 pagi latihan memanah. Sedangkan untuk latihan beladiri dilakukan Sabtu pukul 9 pagi, dan Ahad pukul 05.30.
“Belum cukup setahun umur, Februari 2017 kami mengadakan seminar olahraga muslimah. Itu menghadirkan srikandi Indonesia peraih medali perak Olimpiade Kusumawati dari Makassar. Juga ada ahli psikologi, ahli beladiri dan ahli agama,” ungkap ibu pemegang sabuk hitam olahraga Beladiri Hapkido.
Sebagian member mengaku bergabung di Mushaf, karena pernah mengalami tindakan pelecehan terhadap dirinya sebagai seorang muslimah. Karena sebagai wanita yang tidak memiliki keahlian beladiri, jadinya hanya bisa menggerutu dalam hati. Ini lah yang kemudian menjadi dasar keinginan member, minimal bisa meminimalisir hal-hal negatif yang bisa timbul jika terjadi hal-hal yang tidak pantas dilakukan kepada dirinya sebagai muslimah.
“Alhamdulillah Oktober 2018 lalu kami mengadakan kejuaraan muslimah beladiri pertama di sulsel. Boleh jadi di Indonesia, baru pertama kalinya ada pertandingan beladiri khusus muslimah, betul-betul syar’i, mulai panitia, peserta, wasit dan lain-lain. Semua yang terlibat adalah perempuan,” jelas ibu yang akrab disapa Ami. / Nur Rachmat