BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Potensi besar sebagai sentra penghasil bawang merah, ternyata belum segaris dengan minat petani di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) terjun ke bidang penangkaran. Mereka lebih memilih fokus sebagai pembudi daya. Hal itulah yang kemudian menyebabkan triliunan uang petani untuk pembelian bibit, “lari” ke pulau Jawa.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHBun) Provinsi Sulsel, Imran Jausi mengatakan hal itu, Senin (28/10/2024). Imran Jausi mengakui yang disampaikan Kepala Otoritas Jasa keuangan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (OJK Sulselbar), Darwisman benar bahwa triliunan uang petani Enrekang untuk pembelian bibit lari ke Pulau Jawa yakni Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
“Iya, memang benar. Untuk bibit bawang, para petani di Kabupaten Enrekang masih kurang yang tertarik membuat penangkaran sendiri. Mereka memilih gampangnya dengan mendatangkan bibit dari Jawa (Nganjuk, Jawa Timur, Red). Kalaupun ada petani lokal Enrekang yang menangkar bibit bawang, paling hanya mampu memenuhi 15-20% saja dari total kebutuhan. Sehingga lebih dari 80% ketergantungan bibit dari Jawa,” ujarnya.
Namun kata Imran Jausi, uang Rp5 triliun yang disebutkan Kepala OJK Darwisman bukan semata untuk pengadaan bibit. Namun, itu merupakan keseluruhan peredaran uang atau perputaran ekonomi petani bawang di musim panen. “Kalau pengadaan bibit dan pekerjaan pascapanen sekitar Rp400 miliar dengan periode sekali panen tiga bulan,” ujarnya.
Pangsapasar bawang merah hasil produksi petani Kabupaten Enrekang selama ini dominan untuk pemenuhan kebutuhan Kawasan Indonesia Timur seperti Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan juga Papua.
Ke depan, pihak Dinas TPHBun terus berusaha mengajak para petani untuk terjun sendiri sebagai penangkar bibit, sehingga ketergantungan dengan bibit di Pulau Jawa secara perlahan bisa dikurangi. Dengan melakukan penangkaran sendiri, Imran Jausi meyakini, kualitas bawang bisa lebih baik karena sudah menyesuaikan dengan kondisi iklim setempat.
Sebelumnya, Kepala OJK Sulselbar Darwisman menyebutkan, petani di Kabupaten Enrekang membutuhkan sekitar Rp5 triliun untuk pembelian bibit. Sayangnya, bibit bukan berasal dari Sulsel sendiri, melainkan dari Nganjuk, Jawa Timur. Oleh karenanya, Darwisman mengajak semua pihak terkait untuk memberikan dorongan, bukan hanya dari segi budi daya bawang, melainkan juga dari sisi eksosistem pembibitannya.
Karena menurut Darwisman, jika ekosistem pembibitan bisa dikembangkan sendiri di Sulsel, berarti uang para petani yang mencapai triliunan rupiah per tahun, bisa “Diselamatkan” untuk perputaran ekonomi Sulsel.
Bali Putra