Menjaga Deru Mesin Ekonomi

902

Oleh :

Prof. Ir Gede Sri Darma, ST, MM, D.B.A., CFP, IPU

 

SEJUMLAH indikator ekonomi baik di sektor riil maupun finansial menunjukkan perbaikan menjelang akhir tahun. Namun, indikator tersebut rawan berbalik arah lantaran penanganan pandemi Covid 19 belum menunjukkan hasil signifikan.

Di sektor riil, industri manufaktur dalam negeri pada November 2020 kembali menggeliat. Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia sebesar 50,6 atau meningkat dari posisi Oktober 2020 sebesar 47,8. Hal tersebut dipicu oleh peningkatan produksi pabrikan menjelang akhir tahun.

Angka di atas 50 menandakan bahwa manufaktur berada pada jalur ekspansi. Sebaliknya, jika angka PMI di bawah 50, maka terjadi kontraksi. Geliat aktivitas di hulu tersebut sejalan dengan peningkatan permintaan barang di sektor hilir.

Di sektor finansial, pasar obligasi Indonesia terus membaik dan diyakini tetap menarik pada tahun 2021. Potensi peningkatan capital inflow pun kian terbuka. Salah satu indikatornya adalah credit default swap (CDS) 5 tahun yang saat ini berada pada level 72,55 atau seperti saat prapandemi setelah sempat mencapai level 239 pada tahun 2020.

CDS mencerminkan persepsi risiko investasi pada instrumen surat utang. Makin kecil angka CDS, maka makin rendah risiko surat utang.

Selain itu, yield surat utang negara tenor 10 tahun yang menjadi acuan kini berada di level 6,26 persen atau terus turun setelah sempat menembus angka 8,42 persen pada kuartal I/2020 lalu. Penurunan yield merupakan refleksi penguatan harga obligasi di pasar.

Membaiknya sejumlah indikator ekonomi tersebut membangkitkan optimisme pemerintah Indonesia dalam pemulihan ekonomi nasional. Kini, ekonomi telah melewati titik terburuk (titik nadir), yang terjadi pada kuartal II/2020. Namun, masih perlu pembenahan, khususnya dari sisi permintaan dan daya beli masyarakat.

Baca Juga :   Kepala Kanwil Bea Cukai Sulbagsel, Kini Dijabat Djaka Kusmartata Gantikan Nugroho Wahyu Widodo

Disisi yang berbeda, perbaikan sejumlah indikator ekonomi rawan kembali memburuk jika penanganan pandemi tak optimal.***

Penulis : Direktur Undiknas Graduates School