MENGENAL BUDAYA TIONGHOA DI KLENTENG XIAN MA

947

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Sebagai wujud komitmennya mendukung kemajuan ­industri pariwisata kota Makassar, Archipelago International ­mengajak ­sejumlah media ­mengunjungi ­beberapa destinasi wisata ­bangunan bersejarah, yang ada di kota anging ­mammiri.

Mengangkat tema Makassar Heritage Tour, National Brand Mana­ger Archipelago International, Niko Wicaksana mengatakan, kegiatan ini sengaja mengunjungi bebe­rapa tempat bersejarah, karena Makassar di­ ketahui masih mempertahankan jejak sejarah masa lampau, dan menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata unggulan.

Kegiatan ini mengunjungi beberapa bangunan bersejarah di kota ­Makassar, salah satunya yakni Klenteng Xian Ma. Klenteng yang berjuluk Istana Naga Sakti ini, merupakan salah satu ­klenteng tertua di Makassar, terletak di Jalan Sulawesi nomor 112.

Menurut Humas Klenteng Xian Ma, Robbyanto Rusli, rumah peribadatan ini dibangun sejak 1864. Terdiri atas lima lantai. Dekorasi eksterior, interior dan arsitektur bangunan, dihadirkan mendekati suasana dan budaya di ­Tiongkok.

“Sesuai dengan nama klentengnya, Dewi Xian Ma menjadi tuan rumahnya, yang akan ditemui di lantai satu. Masih dilantai yang sama, urutan kedua ada Dewa Dokter serta ketiga Dewa Rejeki,” ungkapnya.

Sedangkan di lantai dua, tambahnya, ada Dewa Harimau, lantai tiga ada Dewa Jodoh, Dewa Anak, Dewa Kwang Kong dan Dewa Perang, serta di lantai empat terdapat Dewa Bintang. Sementara dewa yang paling besar, Dewa ­Amito Budha Siwa dan Dewi Kwan Hing, ditemani beberapa dewa lainnya, terletak di ­lantai lima.

Di lantai lima juga disuguhkan lukisan ­Budha. ­Relief itu ­mengisahkan ­perjalanan Budha. Maitreya, Budha duduk dan cukup besar yang ada digerbang, merupakan salah satu budha yang ditunggu-­tunggu kehadirannya. Makanya posisnya berada didepan pintu, dikerenakan sebagai simbol datangnya budha baru kelak.

Baca Juga :   Gubernur Sulsel Jenguk Korban Robohnya Kubah Masjid

Tim Telurur Makassar mengajak melihat perjalanan Budha lebih dalam lagi. “Kisah Budha Sidharta, dari awal ceritanya, merupakan pangeran dari India, Ibunya yang merupakan seorang ratu, bernama Mahamaya ­bermimpi seekor Gajah Putih, hingga akhirnya melahirkan seorang anak yang bernama Sidharta, yang kemudian menjadi seorang Budha kelaknya,” tutur Robby. / Nur Rachmat