BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Para pelajar/mahasiswa berada dijajaran kedua dominasi jumlah investor pasar modal di Sulawesi Selatan, setelah kalangan pengawai swasta. Angkanya mencapai 30,4 persen dari keseluruhan total jumlah investor milenial yakni rentang usia 18 – 30 tahun.
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia Sulawesi Selatan, Fahmin Amirullah dalam dialog yang dilakukan secara live di instagram @BisnisSulawesi, Selasa, 26 Oktober 2021.
Dikatakan Fahmin, pertumbuhan investor Sulawesi Selatan, sejalan dengan pertumbuhan investor secara nasional. Di mana, hingga September 2021, di Sulawesi Selatan tercatat total 50.149 SID (Single Investor Identification) yang terdiri dari 62.666 SRE (Saham Rekening Efek).
“Jika dilihat dari posisi akhir 2020, terjadi kenaikan sekitar 80 persen. Di mana, pada akhir Desember 2020, total tercatat 29.625 investor,” sebutnya.
Diakui, akhir Desember 2019, di Sulawesi Selatan tercatat 18.253 investor. Kemudian terjadi lompatan cukup tinggi pada 2020, dan lompatan tersebut berlanjut di 2021. Saat ini, pertumbuhan bulanannya, kata Fahmin, berkisar 15-20 persen.
Secara keseluruhan, kalangan milenial atau rentang usia 18 – 30 tahun mendominasi investor pasar modal di Sulawesi Selatan. Dari jumlah itu, jika dilihat dari profile pekerjaan, 38,4 persen merupakan kalangan pegawai swasta dan 30,4 persen kalangan pelajar/mahasiswa.
“Berbeda halnya kalau kita bicara akses pasar modal 15 tahun. Saat itu, mungkin mahasiswa tidak memungkinkan berinvestasi di pasar modal. Saat membuka rekening efek saja, dana yang dibutuhkan minimun Rp 50 juta – Rp 100 juta. Itu nilai di 15 tahun yang lalu. Bayangkan jika nilai tersebut di konversi ke tahun ini,” sebut Fahmin.
Oleh karenanya, kondisi saat ini sudah berbeda dengan 15 tahun lalu. Pasar modal tidak lagi brsifat ekslusif. Terlihat dari deposit awal, saat ini dengan Rp 100 ribu sudah bisa membuka rekening efek.
“Sehingga tidak ada masalah lagi bagi mahasiwa membuka rekening efek. Biaya nongkrong mereka saja bisa lebih dari 100 ribu,” tambahnya.
Saat transaksi saham, dulu minimal pembelian 500 lembar. Saat ini, minimal 100 lembar, investor sudah bisa membeli di pasar sekunder. Sehingga tak ada halangan lagi bagi mahasiswa untuk berinvestai di pasar modal saat ini.
Bukan hanya itu, para mahasiswa juga bisa langsung menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah terutama mahasiswa dengan background ekonomi. Mereka mempelajari manajemen keuangan, manajemen portofolio, itu bisa mereka terapkan ketika menjadi investor di pasar modal.
Branch Manager Panin Sekuritas Makassar, Ridwan yang juga ikut dalam Live Instagram @BisnisSulawesi menambahkan, pertumbuhan pasar modal belakangan memang didominasi milenial, termasuk di dalamnya mahasiswa. Diakui, dari teori yang mahasiswa terima di perkuliahan, agak berbeda dengan kodisi riil di pasar modal.
“Kalau soal mekanisme mungkin kurang lebih sama. Namun, pengaruh dari sisi psikologis, belum mereka dapatkan selama perkuliahan dan hanya mereka dapatkan ketika terjun langsung di pasar modal,” sebut Ridwan.
Yang pasti kata Ridwan, pertumbuhan jumlah investor dari kalangan mahasiswa, meerupakan sinyal positif pertumbuhan investor di Indonesia. Karena bagaimanapun, generasi penerus bangsa ini semakin bagus.
“Memang benar, pasar modal saat ini sudah tidak lagi terkesan ekslusif tapi inklusif. Sehingga siapapun bisa berivestasi di pasar modal,” pungkasnya.
Bali Putra