TERLAHIR dari keluarga sederhana di kota Tasikmalaya, membuat Lisa Dentika., SE., MM., RTA., AWP di masa kecil terbiasa hidup mandiri dan survive dalam segala hal. Pola pikir yang agak nyeleneh dan unik, dibandingkan teman-teman seusianya. Lisa kecil sangat senang menganalisa, di kepalanya selalu banyak pertanyaan kritis mengenai berbagai hal. Di usia sekolah dasar sudah memiliki prinsip dan pendirian mengenai masa depan.
Sewaktu memilih sekolah lanjutan pertama, sebagian besar teman-temannya memilih mendaftar di SMP Negeri dekat dari rumah, tetapi Ia memilih mendaftar di SMP Negeri 3 Tasikmalaya, dengan alasan kualitas.
Begitu pula ketika melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas, memilih terpisah dengan sahabat – sahabat terbaik, melanjutkan di SMA Negeri 1 Tasikmalaya, salah satu SMA Negeri terbaik di Tasikmalaya. Kendala muncul saat lulus SMA. Perusahaan perbankan di mana tempat ayahnya bekerja dilikuidasi.
“Ayah kena PHK. Bingung mau lanjut kuliah atau seperti apa. Meskipun waktu itu dapat beasiswa kuliah gratis di salah satu Universitas Negeri ternama di Jawa Tengah, tapi kan masih banyak biaya lain yang harus dikeluarkan jika kuliah. Saya tidak mau merepotkan ayah untuk biaya tersebut,” tutur Lisa.
Dengan berbagai pertimbangan, Lisa merubah strategi hidupnya dengan berencana menikah terlebih dahulu kemudian punya anak 2.
“Setelah anak kedua lulus ASI, baru saya mulai running untuk mengejar ketertinggalan, not bad lah pikirku supaya nanti pas ada cucu umurku masih muda,” tutur Lisa seraya tertawa.
Lisa bertemu jodoh dan menikah, kemudian langsung diboyong ke kota Makassar. Setelah memiliki dua anak, perempuan kelahiran 1989 konsisten dengan apa yang ditargetkan.
“Saya langsung mengejar ketertinggalan dengan penuh optimisme, baik dalam hal akademis maupun karir,” ujarnya.
Lisa kuliah di salah satu kampus swasta di kota Makassar. Saat semester naik ke semester 5, ia mendapat tantangan, ada pembukaan perusahaan sekuritas di Makassar, Panin Sekuritas.
“Untuk di awal, ada dua orang yang diterima, saya dan satu lagi dari Unhas,” kenangnya
Merintis karir di pasar modal, mereka berdua sama-sama diterima sebagai marketing support. Ia diberi tantangan, siapa yang lebih perform secara angka selama setahun, itu yang akan naik jadi kepala cabang.
Rintangan dan kesulitan dengan sabar dilalui. Awalnya Ia bingung mau jualan produk sekuritas ini ke siapa, dan kemana.
“Saya bukan jualan kebutuhan pokok maupun barang-barang konsumtif, tetapi menawarkan produk investasi yang pada waktu itu masih lumayan asing bagi masayarakat Makassar. Segmen market nya sangat terbatas, hanya orang tertentu bisa saya tawari,” tuturnya.
Namun berkat support penuh keluarga, suami dan anak-anak, Lisa terus menjalani pekerjaan tersebut. Perlahan namun pasti, Ia mulai bisa melakukan branding, sehingga Panin Sekuritas mulai banyak dikenal masyarakat luas, yang secara tidak langsung Ia pun mem-branding dirinya sendiri. Hingga di akhir tahun pertama, perusahaan menerbitkan SK yang menunjuk Ia naik sebagai Kepala Cabang.
“Dalam saya berkarir, keluarga itu sumber motivasi utama bagi saya,” sebutnya.
Bagi Lisa, personal touch itu sangat penting, apalagi jika berkaitan dengan profesi sales. Makanya sampai sekarang, Lisa dan nasabah terbangun hubungan emosional yang baik. Dalam profesional kerja pun, Ia mengaku tetap menggunakan personal touch, baik berhubungan dengan nasabah, maupun sebagai seorang leader di kantor.
“Dengan personal touch, saya bisa menumbuhkan rasa tanggungjawab anggota tim. Bahkan Ada beberapa leader di perusahaan sekuritas, memilih bergabung sebagai marketing di tim saya,” ungkap Lisa.
Seorang leader, tetap terbuka dengan saran dan masukan. Lisa tidak pernah merasa tersinggung jika ada yang demikian. Kalau memang masuk di akalnya, dan merasa itu lah yang terbaik, tentu akan ia berikan apresiasi.
Perempuan Merdeka
Perempuan dikatakan merdeka, menurut Lisa Dentika., SE., MM., RTA., AWP., ketika sudah bisa merealisasikan, menggapai semua cita-cita dan harapan. Tentu butuh dukungan keluarga dan lingkungan sekitar.
“Banyak stigma, profesi paling mulia bagi perempuan itu hanya di rumah, menjadi ibu rumah tangga. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan menjadi ibu rumah tangga, bahkan profesi yang sangat baik, sangat hebat,” ungkapnya.
Namun perlu di ingat, di pundak setiap perempuan, ada harapan dari orang tuanya, untuk menjadi seseorang yang sukses berdasarkan versi masing-masing. Jika semua perempuan sudah bisa mendapatkan fasilitas untuk bisa menggapai harapan dan cita-cita, baik itu menjadi seorang ibu rumah tangga, maupun menjadi seorang wanita karir, itu baru bisa dikatakan sudah merdeka.
Maka dari itu, pentingnya seorang perempuan diber kesempatan mengkomunikasikan dengan pasangan, sebagai mitra dalam menjalani kehidupan, apakah ingin full time jadi ibu rumah tangga, atau masih ada harapan maupun cita-cita yang ingin digapai.
Pria maupun wanita sudah memiliki porsi peranan nya masing-masing, jadi disini adalah tentang bangaimana bisa saling memaksimalkan peranan, perempuan memilih menjadi seorang Ibu rumah tangga sangatlah hebat dan mulia, tetapi yang memilih untuk meniti karir juga sama hebatnya.
Setinggi-tingginya karir seorang perempuan, tetap tidak boleh melupakan fitrah dan kodrat nya sebagai seorang istri dan sebagai seorang Ibu, dalam Islam pun cukup banyak tokoh-tokoh perempuan yang tidak dibatasi dalam menggapai semua impiannya. Salah satunya yakni istri Rasulullah, Siti Khadijah.
“Beliau seorang perempuan cerdas, pebisnis andal saudagar yang sangat kaya, beliau mampu mengoptimalkan peranannya membantu Rasulullah, dari segi finansial, dan pengaruhnya secara politik pada waktu itu,” ungkap Lisa.
Nur Rachmat
Nama : Lisa Dentika., SE., MM., RTA., AWP.
Lahir : Tasikmalaya, 13 November 1989
Pekerjaan :
– Branch Manager PT.Panin Sekuritas,Tbk. Makassar
– Dosen di Universitas Fajar (UNIFA) Makassar
Pendidikan terakhir : S2 Magister Program Studi Keuangan STIEM Bongaya Makassar