Kredit Perbankan Tumbuh, Tertinggi Kredit Investasi

146
(Ilustrasi). Secara tahunan, kredit perbankan melanjutkan catatan double digit growth sebesar 13,09 persen (yoy) menjadi Rp7.310,7 triliun. Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 15,69 persen. Sementara secara nominal, terbesar Kredit Modal Kerja mencapai Rp3.319,15 triliun. POTO : DOK BISNISSULAWESI.COM

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Kinerja industri perbankan per April 2024 tetap resilien dan stabil didukung tingkat profitabilitas (ROA) sebesar 2,51 persen  dan NIM sebesar 4,56 persen. Permodalan (CAR) perbankan masih di level relatif tinggi, 25,99 persen, menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global.

Dari sisi kinerja intermediasi, secara mtm kredit meningkat Rp66,05 triliun, atau tumbuh 0,91 persen. Secara tahunan, kredit melanjutkan catatan double digit growth sebesar 13,09 persen (yoy) menjadi Rp7.310,7 triliun. Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 15,69 persen. Sementara secara nominal, terbesar Kredit Modal Kerja mencapai Rp3.319,15 triliun.

Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Aman Santosa menyebutkan, ditinjau dari kepemilikan bank, Bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu tumbuh sebesar 15,42 persen yoy. Penyaluran kredit yang cukup signifikan tersebut melanjutkan tren pertumbuhan kredit sejak periode sebelumnya dan searah dengan target pertumbuhan tahun 2024.

“Tren pertumbuhan kredit yang baik ini menunjukkan dukungan dan komitmen perbankan yang tinggi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Sejalan dengan pertumbuhan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan positif.  Pada  April 2024, DPK tercatat tumbuh 0,60 persen (mtm) atau meningkat sebesar 8,21 persen yoy menjadi Rp8.653 triliun. Giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 11,81 persen.

Terkait likuiditas industri perbankan pada April 2024, Aman Santosa menyatakan memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 113,9 persen dan 25,6 persen, atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen. Kondisi tersebut searah dengan likuiditas global yang cukup ketat di tengah kebijakan bank sentral AS yang mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Juga :   Pentingnya Menaati Penanganan Hipertensi Di Tengah Maraknya Covid 19

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross perbankan sebesar 2,33 persen dan NPL net sebesar 0,81 persen.

”Adapun NPL gross UMKM di April 2024 tercatat 4,26 persen dan NPL net 1,54 persen,” sebutnya.

Peningkatan NPL gross UMKM utamanya pada segmen kredit kecil dan mikro yang naik menjadi 3,89 persen di April 2024. Walaupun demikian, perbankan telah mengantisipasi kenaikan NPL UMKM tersebut dengan membentuk CKPN kredit UMKM sebesar Rp85,5 triliun dan perbandingan antara total CKPN UMKM terhadap total NPL UMKM mencapai sebesar 137,37 persen.

Dalam rangka penegakan hukum dan pelindungan konsumen di sektor Perbankan, serta sebagai bagian tindakan pengawasan yang dilakukan OJK untuk terus menjaga dan memperkuat industri perbankan, OJK telah mencabut izin usaha PT BPR Bank Jepara Artha (Perseroda)  pada 21 Mei 2024.

Editor : Bali Putra