KPw BI Sulsel: SDA tak Dapat Diperbaharui, Ancaman bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulampua

120
Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda saat memaparkan perekonomian nasional dan Sulampua Triwulan II-2024 pada seminar nasional "Call for Paper: Aksinomi Sulampua 2024" yang digelar Kantor Perwakilan BI Sulsel bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Makassar di Nusantara Ballroom, The Rinra Makassar, Rabu (31/07/2024). POTO : ISTIMEWA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan (BI Sulsel), Rizki Ernadi Wimanda menyebutkan, salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) adalah sumber daya alam (SDA) yang tidak dapat diperbaharui seperti nikel dan tembaga. Dalam jangka panjang, hal ini tentu menjadi ancaman.

Itu dipaparkan Rizki pada seminar nasional Call for Paper: Aksinomi Sulampua 2024 yang digelar Kantor Perwakilan BI Sulsel bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Makassar di Nusantara Ballroom, The Rinra Makassar, Rabu (31/07/2024).

Seminar ini sendiri, digelar BI Sulsel untuk melaksanakan peran dan tugasnya sebagai advisor pemerintah di daerah. Ini merupakan puncak rangkaian Aksinomi Sulampua 2024, melengkapi forum akademisi dan lomba penulisan karya ilmiah.

Tahun ini, Aksinomi Sulampua mengangkat tema: “Optimalisasi dan Transformasi Ekonomi untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan”, dengan fokus pada tiga sub tema, antara lain blue economy, transformasi digital, serta hilirisasi SDA dan pangan inklusif.

Pada kesempatan itu, Rizki memaparkan secara umum perekonomian nasional dan Sulampua Triwulan II-2024 yang cenderung membaik di tengah tantangan geopolitik global. Tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang masih meningkat, tingkat inflasi mereda serta kondisi intermediasi perbankan yang masih meningkat.

“Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Sulampua) adalah SDA yang tidak dapat diperbaharui seperti nikel dan tembaga. Dalam jangka panjang, hal ini tentu menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi Sulampua,” papar Rizki.

Namun di sisi lain, Rizki juga menyebutkan wilayah Sulampua memiliki keuntungan geografis berupa wilayah maritim yang dapat dimaksimalkan potensinya. Di mana, perlu dilakukan berbagai transformasi ekonomi melalui identifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baru yang dapat menjadi penopang perekonomian.

Baca Juga :   Jumlah Total Rp2,5 Miliar, BSI Sosialisasikan Beasiswa di Unhas

Keuntungan kompetitif Sulampua berupa wilayah maritim perlu dioptimalkan pemanfaatannya, baik dari sisi ruang maupun sumber dayanya. Harapannya, hal tersebut dapat memberikan multiplier effect yang tinggi kepada masyarakat serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sulampua yang berkelanjutan.

Sejalan dengan hal tersebut, Asisten II Bagian Perekonomian, dr. Muhammad Ichsan Mustari, M.H.M mengakui tantangan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di wilayah Sulampua berupa ketergantungan terhadap sumber daya alam.

Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan katanya, dapat diwujudkan dengan tiga strategi, yakni revitalisasi sektor penyumbang pertumbuhan konvensional, identifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baru dan memperkuat ketahanan dan pemberdayaan sosial.

“Sehubungan dengan hal itu, dibutuhkan sinergi antarberbagai pemangku kepentingan. Harapannya, seluruh langkah bersama dapat mewujudkan visi Indonesia Maju 2045,” ujarnya.

Sementara itu, perwakilan Pengurus Pusat ISEI yang bertindak sebagai keynote speaker, Prof. Bustanul Arifin, mengapresiasi pemilihan tema Aksinomi Sulampua 2024 yang sangat relevan untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Dikatakan, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan inovasi guna meningkatkan produktivitas ekonomi.

Di sisi lain, kapasitas produksi Indonesia masih perlu dioptimalkan guna meningkatkan produktivitas pertanian. Oleh sebab itu, dibutuhkan transformasi ekonomi yang didorong melalui insentif inovasi dan teknologi.

Dalam jangka pendek, ekonomi Sulampua dengan competitive advantage dari sisi agromaritim memiliki potensi KAD dengan daerah lain melalui skema contract farming. Ke depan diharapkan terdapat hilirisasi investasi unggul berupa industri pangan fungsional, terutama di bidang pertanian, perkebunan, dan kelautan.

Selain itu, untuk mendapatkan pemahaman mendalam terkait upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulampua yang berkelanjutan, Seminar Nasional terdiri dari dua sesi pemaparan materi. Sesi 1 menghadirkan empat narasumber, Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, ST, MSi, M.Eng. Ph.D yang hadir secara luring, Vice President Public Affair e-Fishery, Muhammad Chairil, Ketua Komtap Perkebunan KADIN Sulsel, Drs. A. Sulaiman H. Andi Loeloe MM, dan Kepala Pusat Perubahan Iklim LPPM UNHAS, Dr. Rijal Idrus M.Sc.

Baca Juga :   Resmikan Jalur Kereta Api Makassar-Parepare, Presiden Sebut Tingkatkan Daya Saing Sulsel

Pada sesi ini, dipaparkan terkait urgensi hilirisasi sektor pangan dan ekonomi biru, untuk mengatasi tantangan berupa rendahnya nilai produksi pangan di tengah besarnya volume produksi pangan. Mengatasi hal tersebut, Pemerintah Indonesia secara responsif telah menginisiasi pembentukan Indonesia Blue Economy Framework, serta tergabung dalam task force percepatan pengembangan blue economy di wilayah ASEAN.

Sementara Sesi 2 menghadirkan dua narasumber yang merupakan juara pertama pemenang lomba karya tulis ilmiah dari kategori umum dan mahasiswa.

Call for paper Aksinomi Sulampua 2024 diikuti 112 peserta  yang merupakan mahasiswa dan umum. Jumlah ini meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya seiring dengan perluasan cakupan wilayah dan tema.

Ke depan, BI Sulsel terus mendorong kualitas rekomendasi ke pemerintah guna mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, melalui berbagai temuan, gagasan, sumbangsih pemikiran dan berbagai masukan atau kritik yang konstruktif.

Dalam pelaksanaannya, BI Sulsel terus bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan dan juga akademisi. Harapannya, berbagai masukan konstruktif tersebut dapat berguna bagi pemangku kepentingan untuk merancang kebijakan yang tepat dan berbasis riset.

Berikut daftar pemenang lomba penulisan karya tulis:

Kategori Umum:

–        Juara 1: Strategi Optimalisasi Sektor Perikanan di Wilayah Sulampua dengan Multicriteria Decision Analysis Melalui Teknologi Remote Sensing dan Geovisualization Dashboard

–        Juara 2: Digitalisasi Akses Finansial Sebagai Katalis Pertumbuhan Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan di Sulampua: Pendekatan System-Gmm

–        Juara 3: Analisis Strategi Hilirisasi Pangan di Sulampua Melalui Pendekatan Artificial Intelligence Berbasis Model Machine Learning Guna Mewujudkan Ketahanan Pangan Berkelanjutan

–        Karya tulis terpilih 1: Strengthening The Downstreaming of Agricultural Commodities: The Role of Local Value Chain of Food And Beverage Industry in Sulampua Region

Baca Juga :   OJK Fokus Percepat Pemulihan Ekonomi

–        Karya tulis terpilih 2: Utilisasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring dan Early Warning Potensi Laut Di Kawasan Maluku Utara

 

Kategori Mahasiswa:

–        Juara 1: Spillover Effect Pertumbuhan Ekonomi dan Indikator Blue Economy: Analisis Dampak Kesejahteraan Masyarakat Wilayah Sulampua

–        Juara 2: Unlocking The Potential: The Role Of Digitalization In Boosting Sulawesi’s Economy and Foreign Direct Investment

–        Juara 3: AQUAQUEST: Pemanfaatan Potensi Laut Halmahera Sebagai Sumber Energi Listrik Untuk Membawa Indonesia Menuju Kemandirian Energi 2045

–        Karya tulis terpilih 1: Strategi Mendorong Minat Dan Penggunaan QRIS di Pedesaan: Komparasi Dari Sisi Pengguna Di Pedesaan (Maros) Dan Perkotaan (Makassar)

–        Karya tulis terpilih 2: Unlocking The Potential: The Role of Digitalization in Boosting Sulawesi’s Economy And Foreign Direct Investment

Editor : Bali Putra