Kontribusi Mobil Niaga Bagi Bisnis Otomotif

166

BISNIS SULAWESI, MAKASSAR — Bisnis otomotif masih cukup memberi peluang bagi para investor khususnya di Makassar, dimana hingga saat ini belum ada alternatif lain selain kedaraan mobil atau motor sebagai sarana transportasi darat yang dapat diandalkan. Harapan akan adanya kereta api yang dapat mengangkut banyak penumpang atau barang untuk suatu tujuan tertentu di Makassar atau ke daerah lain hingga sekarang masih belum ada dan hanya terdapat di luar kota Makassar seperti Kabupaten Barru. Itupun belum terhubung dengan baik ke kabupaten atau kota lain.

Mobil adalah kendaraan atau sarana transportasi darat yang digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih, biasanya menggunakan bahan bakar minyak atau listrik untuk menghidupkan mesin. Mobil tidak hanya digunakan sebagai alat transportasi pribadi semata, tetapi juga bisa memberikan keuntungan lain dan berperan penting dalam kesuksesan beberapa jenis usaha yang ada di masyarakat.

Segmen kendaraan niaga ringan merupakan salah satu segmen yang sangat penting bagi industri otomotif Indonesia khususnya bagi penggunaan kendaraan tersebut di Makassar. Seperti mobil Pick Up yang merupakan kendaraan truk ringan atau commercial vehicle yang memiliki kabin tertutup dan bak terbuka dibelakang atau berbentuk single dan double cabin untuk membawa barang bawaan atau kargo.

Meskipun kurang menarik dari tampilan, namun unggul bagi fungsi atau kegunaan untuk mengangkut barang sebagai upaya bisnis maupun keperluan keluarga. Kendaraan ini biasanya juga digunakan untuk keperluan komersial/niaga dan digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan antar-jemput barang atau muatan tertentu, sehingga menjadi salah satu tolok ukur pergerakan roda perekonomian pemerintah dan masyarakat.

Selain itu, jika ada banyak kendaraan niaga yang lalu lalang di jalan raya, perkebunan atau bahkan hingga perkampungan, ini berarti situasi dunia bisnis sedang kondusif dan berjalan lancar. Berbeda dengan segmen passenger car  yang merupakan mobil penumpang, namun commercial vehicle menjadi indikator yang tentunya dapat mendorong penjualan mobil secara keseluruhan. Terutama pergerakan bagi pengusaha kecil yang akan berkembang hingga pengusaha besar yang sudah berkiprah cukup baik di Indonesia.

Baca Juga :   Bisnis Berbasis Digital Menjadi Peluang Pertumbuhan Ekonomi

Sektor perkebunan adalah salah satu yang paling menyumbang pertumbuhan kendaraan niaga sebagai sarana transportasi sebagai sarana angkut hasil bumi sebelum dipindahkan ke kendaraan lain yang lebih besar dan daya jangkau yang luas. Selain itu kendaraaan tersebut bisa mengangkut barang seperti toko, gudang, pindah rumah kost, rumah kontrak, dan masih banyak kegunaan lain bagi masyarakat. Berdasarkan sumber data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) per Januari-Juni pada tahun 2018, wholesales segmen kendaraan niaga ringan seperti pick up, mengalami penjualan cukup baik, yaitu: Suzuki 25.777 unit, Daihatsu 19.987 unit, Mitsubishi 19.848 unit, Toyota 4.490 unit, Isuzu 1.693 unit, Nissan 571 unit, Tata 384 unit, Chevrolet 96 unit, Sokon 269 unit, KIA 50 unit, dan Hyundai 29 unit dengan total 73.194. Hal ini mengalami kenaikan 7,76% dibandingkan tahun 2017 dengan nilai 67.921. Dengan demikian terdapat harapan baik terhadap penjualan dan fungsi yang diberikan bagi kebutuhan masyarakat.

Pasca keputusan Mahkamah  Konstitusi (MK) Republik Indonesia dan penetapan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), tentu pertumbuhan ekonomi dan penjualan mobil niaga diharapkan dapat meningkat dengan baik. Para investor dan pengusaha dapat kembali melihat sebagai peluang dalam menjalankan usaha.

Pengadaan sarana transportasi niaga menjadi bagian strategis dalam mengirim barang atau hasil bumi di suatu daerah. Tersedianya stock kendaraan akan dapat membantu dalam memperlancar pemesanan,  penjualan dan pemenuhan kebutuhan bagi konsumen meskipun tetap mempertimbangkan akan keberadaan pangsa dan peluang pasar sehingga perlu ketersediaan secara proporsional.

Penulis: Tri Suswanto Saptadi – Dosen Informatika, Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Makassar