Kinerja Manufaktur Tertahan, Konsumsi Masyarakat Masih Kuat

20
(Kiri – Kanan), Kepala Kanwil DJBC Sulbagsel, Djaka Kusmartata, Kepala Kanwil DJPb Sulawesi Selatan, Supendi, Kepala Kanwil DJP Sulselbartra, Heri Kuswanto, Kepala Kanwil DJP Sulselbartra, Heri Kuswanto, dan Kepala Kanwil DJKN Sulseltrabar, Wibawa Pram Sihombing. POTO : ISTIMEWA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Melihat perkembangan ekonomi regional Sulawesi Selatan (Sulsel), harga komoditas energi, pangan dan tambang tampak fluktuatif. Selain permintaan dan penawaran, volatilitas harga juga dipengaruhi faktor geopolitik dan perubahan iklim.

Namun demikian, meski kinerja sektor manufaktur tertahan, indikator konsumsi masih kuat. Tercatat indeks optimisme masyarakat sebesar 125,9, indeks penjualan riil tumbuh positif 1,7, serta penjualan listrik bisnis dan industri tumbuh positif di 3,6 dan 1,5.

Hal itu terungkap dalam konferensi pers Kantor Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan (Kemenkeu Sulsel), Kamis (19/12/2024). Kegiatan untuk merilis kinerja APBN regional Sulsel periode hingga 30 November 2024, menghadirkan Kepala Kanwil DJP Sulselbartra, Heri Kuswanto, Kepala Kanwil DJBC Sulbagsel, Djaka Kusmartata, Kepala Kanwil DJPb Sulawesi Selatan, Supendi dan Kepala Kanwil DJKN Sulseltrabar, Wibawa Pram Sihombing

Dari sisi inflasi, terjaga dengan harga pangan dalam tren menurun. Tingkat inflasi Sulsel November 2024 mencatatkan performa yang baik s 1,55 persen (yoy), berada pada rentang sasaran 3%+1. Tingkat inflasi month-to-month (m to m) 0,30 persen dan tingkat inflasi year to date (ytd) 1,12 persen.

Sementara dari sisi ekspor – impor, komoditi Mate Nikel mengalami penurunan (yoy) 23,3 persen, sedangkan Fero-Nikel masih menjadi komoditi unggulan Sulsel dengan pertumbuhan (yoy) 28,2 persen. Jepang dan Cina masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar. Sedangkan dari sisi impor, Cina dan Brazil menjadi negara pengimpor terbesar, dengan komoditas impor terbesar masih berasal dari Gandum dan Gula. Kinerja Ekspor Pengguna Fasilitas Kawasan Berikat 505,70 Juta US$, sementara kinerja impor berada pada angka 79,81 Juta US$.

“Neraca perdagangan November 2024 surplus 51,22 juta US$. Nilai ekspor tercatat 136,51 juta US$, sementara nilai impor 85,28 juta US$. Secara umum neraca perdagangan kumulatif Januari – November 2024 menurun 0,53 (yoy),” ujar Kepala Kanwil DJPb Sulawesi Selatan, Supendi.

Baca Juga :   Gelar Wisuda Ke-45, Undipa Makassar Lepas 356 Lulusan

Pendapatan APBN Sulsel hingga 30 November 2024 mencapai Rp15,53 triliun atau 87,95 persen dari target. Sedangkan belanja Rp50,58 triliun atau 86,96 persen dari pagu.

Dari sisi kinerja penerimaan pajak, hingga 30 November 2024 mencapai Rp11,88 triliun atau 81,82 persen dari target 2024 Rp14,52 triliun. Penerimaan PPN tumbuh negatif disebabkan aktivitas ekonomi melambat pada sektor pertambangan, serta penurunan beberapa wajib pajak transportasi laut. Penerimaan Pajak Lainnya juga tumbuh negatif 19,60 persen disebabkan penurunan setoran Bunga Penagihan PPh dan PPN. Namun Penerimaan PPh dan PBB tumbuh positif dari kenaikan setoran PPh 21 dan tunggakan PBB sektor perkebunan masa sebelumnya.

“Kinerja penerimaan pajak hingga November 2024 ditopang Sektor Perdagangan, Administrasi Pemerintahan, Jasa Keuangan dan Asuransi, Industri Pengolahan, dan Pertambangan,” sebut Kepala Kanwil DJP, Heri Kuswanto.

Dari sisi penerimaan Kepabeanan dan Cukai, Kepala Kanwil DJBC Sulbagsel, Djaka Kusmartata menyebutkan, hingga 30 November 2024 mencapai Rp452,71 miliar atau 106,22 persen dari target 2024 Rp426,18 miliar. Capaian penerimaan ini ditopang peningkatan signifikan penerimaan Bea Masuk 109,73 persen (yoy) akibat pertumbuhan impor bayar yang melonjak tajam, dan Bea Keluar tumbuh sebesar 123,8 persen (yoy) yang berasal dari kegiatan ekspor Kakao yang aktif kembali serta peningkatan harga ekspor Kakao.

“Sementara dari sisi penerimaan Cukai, tumbuh negatif 8,64 persen pengaruh dari produksi tembakau yang terkoreksi 9,23 persen (yoy). Kenaikan tarif cukai 2024 hingga 10 persen memberi pengaruh negatif untuk penjualan rokok di pasaran sebagai akibat terdorongnya harga jual rokok,” katanya.

Upaya ekstra terus dilakukan melalui sektor pengawasan dengan mengedepankan ultimum remidium. Hingga akhir 2024, kata Djaka, efektivitas pengawasan kepabeanan dan cukai menunjukkan tren positif yang dapat mencegah beredarnya rokok ilegal di sulsel

Baca Juga :   Kendalikan Inflasi, Danny Pomanto Siapkan 1 Juta Polibag untuk Tanam Cabai dan Bawang

“Tercatat hingga November 2024, 19,08 juta batang rokok ilegal telah ditindak, dengan perkiraan nilai barang Rp26,94 miliar dan potensi kerugian negara Rp17,99 miliar,” tambahnya.

Selanjutnya penindakan atas barang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor yang meningkat tajam sebanyak 88 Surat Bukti Penindakan Narkoba, diharapkan mampu melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan narkoba.

Dari sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pengelolaan arang Milik Negara (BMN), mencapai Rp21,94 miliar, dengan rincian pemanfaatan BMN sebesar Rp19 miliar dan pemindahtanganan BMN Rp12,78 miliar.

Kepala Kanwil DJKN Sulseltrabar, Wibawa Pram Sihombing menyebutkan, pemanfaatan BMN itu, berupa sewa ATM, kantin, kios/toko, koperasi, gedung pendidikan, sewa perkantoran, sewa aula, waterboom dan telekomunikasi. Sedangkan Pemindahtanganan BMN berupa Penjualan, Tukar Menukar, Hibah, dan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.

Ia menambahkan, penerimaan PNBP dari Lelang mencapai Rp34,2 miliar. Lelang dilaksanakan secara online untuk menjamin pelaksanaan lelang yang aman, objektif, akuntabel dan transparan.

Editor : Bali Putra