Kiat Membuat Konten Menarik dan Viral Tanpa Menyalahi Etika di Era Digital

273
POTO : ISTIMEWA
BISNISSULAWESI.COM, KENDARI  – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” kali ini diadakan secara virtual di Kendari, Sulawesi Tenggara, dengan pembahasan tema “Tetap Viral Tanpa Hilang Moral” (12/11). Program Literasi Digital diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo.
Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi.
Empat orang narasumber tampil dalam seminar kali ini. Masing-masing yakni, Pegiat Literasi, Novita Wenzen; Redaktur Eksekutif Ligo.id, Arfan Dalanggo; Presenter dan Penyiar Radio, Metha Margaretha; serta Jurnalis Kompas TV, Defriatno Neke. Sedangkan moderator yaitu Hesty Imaniar selaku jurnalis.
Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 orang peserta. Kegiatan ini diikuti oleh 523 peserta dari berbagai kalangan umur dan profesi.
Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Beralih ke sesi materi, Novita Wenzen sebagai narasumber pertama menyampaikan presentasi tentang “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet”.
Menurut Novita, kehadiran media sosial membawa sejumlah manfaat, antara lain memudahkan konektivitas, menambah wawasan, meningkatkan bisnis, penggalangan dana kemanusiaan, serta percepatan informasi. Namun, ada juga dampak negatifnya, seperti ancaman perundungan atau cyberbullying, penipuan dan berita bohong, serta pornografi. Oleh sebab itu, warganet harus tetap menjaga etika dan moral dalam bermedia sosial. “Hindari unggah konten yang menyinggung SARA, kekerasan, dan pornografi,” ujarnya.
Selanjutnya, Arfan Dalanggo menyampaikan paparan berjudul “Apa yang Boleh dan Tak Boleh”. Ia mengatakan, sejumlah kiat yang dapat dipraktekkan dalam membuat konten bermanfaat, antara lain, mengenali sasaran, memasang judul yang membuat pengunjung penasaran, awali narasi atau video dengan hal yang menarik, curi perhatian pengunjung dengan menambahkan jawaban atau solusi dari suatu masalah, serta konsisten dalam mengunggah konten.
Selain itu, warganet juga dilarang membuat atau menyebarkan konten yang berisi hal negatif, serta berhati-hati dalam mengirimkan ulang atau repost konten milik orang lain karena dilindungi Hak Kekayaan Intelektual (HKI). “Harus meminta izin sebelum repost karya orang lain,” tegas dia.
Pemateri ketiga, Metha Margaretha, mengulas tentang “Memahami Batasan dalam Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital”. Menurutnya, kebebasan berekspresi di dunia digital tetap perlu batasan, contohnya tidak melukai dan melanggar hak orang.
Warganet harus memahami multikulturalisme ketika berpendapat media sosial agar keberagaman nasional sekaligus toleransi tetap terjaga. “Harus menyadari pro kontra adalah hal yang wajar,” tuturnya.
Adapun Defriatno Neke, sebagai narasumber terakhir, menyampaikan paparan berjudul “Dunia Maya dan Rekam Jejak Digital”. Ia mengatakan, jejak digital merupakan rekaman perjalanan seseorang di internet, seperti titik lokasi, aktivitas di media sosial, dan surel.
Mengingat pentingnya jejak digital, warganet harus mengelolanya agar tidak bermasalah di kemudian hari. Misalnya, dengan memilah informasi yang akan dibagikan, mengecek kembali hasil rekam diri sendiri pada mesin pencari, dan hapus jika ada informasi yang sensitif. “Tinggalkan jejak digital yang positif dan jangan terpancing dengan berita atau informasi yang belum jelas,” pesan dia.
Setelah pemaparan semua materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu Hesty Imaniar. Para peserta tampak antusias dan mengirimkan banyak pertanyaan. Panitia memberikan uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.
Salah seorang peserta, Emran, bertanya tentang banyaknya anak muda yang membuat konten tak bermanfaat dengan tujuan viral dan dapat merusak bahasa yang baik. Menanggapi hal tersebut, Arfan Dalanggo bilang, sejatinya banyak kreator konten yang mampu menampilkan bahasa daerah dengan kemasan menarik dan tanpa menyalahi etika.
Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan informatif yang disampaikan narasumber terpercaya.
Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, silakan kunjungi https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.
Baca Juga :   Pemkot Makassar - Yogyakarta Teken MoU, Maksimalkan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat