Investasi Lambat, Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Terus Melambat dalam 12 Tahun Terakhir

102
Kepala Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, Wahyu Purnama A saat menyampaikan sambutan pada SSIC 2024 di Lotus Room Four Points Makassar, Rabu (14/08/2024). POTO : BALI PUTRA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam 12 tahun terakhir terus mengalami perlambatan. Hal itu, salah satunya diakibatkan melambatnya investasi di daerah ini.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan (BI Sulsel), Wahyu Purnama A menyampaikan hal tersebut pada South Sulawesi Investment Challenge (SSIC) 2024 yang digelar di Lotus Room Four Points Makassar, Rabu (14/08/2024).

Menurut Wahyu, investasi adalah faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi sebuah daerah, apalagi investasi dibidang industri pengolahan, industri smelter. Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa provinsi di Indonesia timur yang pertumbuhan ekonominya bahkan mencapai 20%, didorong adanya industri smelter di wilayahnya.

“Di Sulawesi Selatan juga (ada, red), tetapi tidak terlalu besar,” ujarnya.

Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, Wahyu Purnama A. POTO : BALI PUTRA

Terkait melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulsel dalam 12 tahun terakhir, Wahyu mencontohkan di 2011 – 2012, di mana pertumbuhan ekonomi Sulsel pernah di atas 8%. Namun terakhir (2023, red), hanya di angka 4,51%. “Salah satunya ya akibat melambatnya pertumbuhan investasi,” tambahnya.

Oleh karena itulah, potensi yang besar di Sulsel harus didorong bersama-sama melalui Forum Pinisi Sultan (sebuah Forum Percepatan Investasi, Perdagangan, Perindutrian dan Pariwisata Sulawesi Selatan) dan pihak terkait lain, bagaimana supaya investor, baik dalam maupun luar negeri agar tertarik untuk berinvestasi di Sulsel.

Pinisi Sultan mendorong kabupaten/kota di Sulsel membuat proposal investasi atau disebut IPRO (Investment Project Ready to Offer). Sebuah dokumen proposal proyek investasi yang clean and clear atau siap untuk ditawarkan, berisi lokasi potensial, potensi sumber bahan baku, peluang pasar, kesiapan wilayah (tenaga kerja, aksesibilitas, kebijakan pengembangan wilayah), serta kelayakan finansial proyek.

Pada SSIC 2024, ada 15 proposal yang masuk dan setelah melalui proses seleksi dihasilkan 6 finalis yang kembali diseleksi hari ini, salah satunya proposal proyek Taman Wisata Alam Nanggala III Palopo yang dipaparkan Pj Walikota Palopo, Asrul Sani, SH., M.Si. Dari enam proposal diseleksi menjadi 3 besar untuk masuk final yang akan dilaksanakan November mendatang.

Baca Juga :   EKSPOR GURITA DARI SULSEL MENINGKAT

Namun demikian, yang akan dipertemukan dengan investor, bukan hanya 3 finalis, juga beberapa proposal tahun-tahun sebelumnya.

Wahyu Purnama menyebutkan, hingga saat ini sudah ada 4 proyek yang sudah dikunjungi investor luar negeri. Seperti proyek investasi rumput laut di Bone yang dikunjungi investor asal Jepang, investasi peternakan dan pengolahan daging sapi di Bone oleh investor asal Singapura, investasi pariwisata di Selayar yang dikunjungi investor asal Australia dan investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Tolotolo, Kabupaten Jeneponto.

“Semoga, proyek yang sudah dikunjungi, bisa menjalin Kerjasama dan menarik investasi. Sehingga dengan adanya investasi ini, dapat memicu pertumbuhan ekonomi di Sulsel,” ujarnya.

Dalam tiga tahun pelaksanaan SSIC, diakui belum memberi dampak signifikan terhadap pertumbuhan investasi dan ekonomi di Sulsel. Karena diketahui, dalam tiga tahun terakhir masih pandemi, sehingga pertumbuhan investasi, bukan hanya di Sulsel juga secara nasional (seluruh Indonesia) mengalami perlambatan.

Walaupun demikian, Pinisi Sultan terus berusaha agar investor semakin tertarik untuk berinvestasi di Sulsel, utamanya peluang-peluang investasi yang sudah dikunjungi.

“Walaupun sampai saat ini belum ada realisasi, tetapi paling tidak sudah ada yang dikunjungi, disurvei. Investasi kan tidak secepat yang dibayangkan, ada prosesnya. Ada infrastruktur dulu, listrik dulu. Meskipun secara nasional listrik surplus, tetapi di Sulsel masih ada kekurangan listrik,” sebut Wahyu seraya menyebutkan, Ketika ada industri besar yang ingin investasi di Sulsel, salah satu tantangannya adalah persoalan listrik.

Sementara itu, Plh. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) yang menjadi ketua panitia SSIC 2024 menyebutkan, Pinisi Sultan merupakan forum bersama yang bertujuan untuk mendorong atau meningkatkan investasi di Sulsel. SSIC merupakan kegiatan rutin tahunan Pinisi Sultan yang sudah digelar sejak 2021. Di mana, yang menjadi juara I pada SSIC pertama (2021) adalah proposal investasi dari Kota Pare pare, kemudian 2022 Kabupaten Bone dan 2023 Kabupaten Bantaeng.

Baca Juga :   Pengecekan Suhu Tubuh di Perbatasan Kota Makassar

SSIC 2024, melibatkan juri profesional seperti Hendri Hendrawan (Direktur PT Pricewaterhouse Coopers), Hilmy Q.R. Tanjung (Kepala Bagian Sekretariat Deputi Menteri Bidang Perencanaan Penanaman Modal), Inyo (Kepala Bidang Perekonomian dan SDA Bappelitbangda Sulsel), Muhammad Yusri Zamhuri (President 2 Indonesia SDGs Center Network/Dosen FEB Universitas Hasanuddin) dan Erlin Puspitasari (East Java Senior Regional Outreach Manager British Embassy Jakarta).

“Untuk keseluruhan biaya dari kegiatan ini, disponsori BI Sulsel. Semoga dari kegiatan ini muncul proyek-proyek strategis untuk memicu pertumbuhan ekonomi Sulsel,” ujarnya.

Bali Putra