BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar kembali mendapatkan prestasi yang gemilang di Ajang International Invention & Technologi Exhibition (ITEX 2018) di kuala Lumpur Malaysia, 10-12 Mei 2018.
ITEX merupakan sebuah ajang yang mempertemukan ratusan investor dan inovator muda dari berbagai negara, terdiri dari dua forum yang berlangsung secara paralel, World Young Inventors Exhibition (WYIE) dan Asian Young Inventors Exhibition (AIYE).
Mahasiswa tersebut adalah Erwin Gunawan (2015), Ahmad Setiawan Jarigau (2015) Ariansyah (2014) dan Fadhil Adam Dzaky (2016) dari Fakultas Kedokteran gigi. Mereka menawarkan gagasan inovatif berjudul “Development of rambutan peel extract as gel product innovation for detecting plaque on teeth”.
Produk yang dihasilkan berfungsi mendeteksi plak (biofim) pada gigi, dan produk ini juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga dapat mencegah terjadinya karies (gigi berlubang) pada gigi.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr.drg Nurlindah Hamrun yang turut mendampingi mahasiswanya berlaga di WYIE menyampaikan, kekaguman dan apresiasinya. “ Ajang ini luar biasa, karena disini bertemu ratusan investor dunia dari berbagai usia dan berbagai level, mulai dari SD hingga professor. Produk yang mereka temukan memperoleh pengakuan internasional, dan berhasil mendapatkan silver medal (tertiary silver medal) untuk kategori biotechnology,” ujarnya.
Menurut salah seorang mahasiswa, Erwin Gunawan, timnya terpikir membuat produk ini, karena di bidang kedokteran gigi terutama di Indonesia selama ini sudah ada bahan disclosing (pendeteksi plak gigi) dalam bentuk solution, tablet, dan sirup, namun menggunakan bahan kimia.
“Sedangkan menurut literatur, negara-negara maju seperti Amerika sudah jarang, bahkan tidak menggunakan bahan kimia. Karena penggunaan dengan dosis berlebih dalam rongga mulut, bisa menyebabkan efek karsinogenik (efek kanker) bagi tubuh,” jelasnya.
Menurutnya, sebelumnya sudah ada penelitian tentang manfaat bunga rosella dan buah naga, yang juga dapat di jadikan sebagai bahan pendeteksi plak, namun harganya mahal. Dalam upaya mencari sumber berbahan baku murah itulah, Erwin dan kawan-kawannya berhasil mengolah kulit rambutan.
“Selama ini kulit rambutan tidak di manfaatkan oleh masyarakat, dan hanya di jadikan sebagai limbah lingkungan. Padahal ada kandungan antosianin (warna merah) yang memungkinkan bisa mendeteksi plak seperti kandungan antosianin pada bunga rosella dan buah naga,” ungkap Erwin./Komang Ayu