BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Inflasi bulanan Sulsel pada Mei 2021 masih terkendali dalam rentang sasaran target. Bank Indonesia (BI) Sulsel mencatat, inflasi Sulsel pada Mei 2021 tercatat sebesar 0,34%(mtm), sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,33% (mtm). Secara tahunan, inflasi Sulsel juga tetap terkendali dimana pada Mei 2021 tercatat sebesar 1,80%(yoy) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1,97%(yoy). Inflasi Sulsel sedikit lebih tinggi bila dibandingkan nasional yang pada Mei 2021 mencapai 1,68% (yoy). Secara keseluruhan inflasi Sulsel masih dalam sasaran target 3,0±1%.
Secara bulanan, inflasi Sulsel dipengaruhi terutama pada kelompok transportasi yang mengalami inflasi sebesar 1,44% (mtm), kelompok pakaian dan alas kaki dengan inflasi sebesar 0,73% (mtm) dan kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 0,15% (mtm). Inflasi kelompok transportasi dipengaruhi dengan kenaikan harga tarif angkutan udara dan penyesuaian tarif tol.
“Kenaikan tarif angkutan udara diperkirakan seiring dengan tingginya permintaan sebelum dan sesudah pelarangan mudik, sedangkan penyesuaian tarif tol didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Nomor: 552/KPTS/M/2021 tentang penetapan golongan jenis kendaraan bermotor dan besaran tarif tol Jalan Tol Ujung Pandang Seksi 1,2 dan 3,” ungkap Kepala Perwakilan BI Sulsel, Budi Hanoto.
Selanjutnya kenaikan inflasi pada kelompok pakaian dan alas kaki diperkirakan berasal dari tingginya permintaan pakaian pada saat lebaran. Sementara itu, inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau didorong kenaikan harga ikan bandeng dan daging ayam ras terutama pengaruh permintaan mendekati lebaran. Meskipun demikian, laju inflasi yang lebih tinggi tertahan dipengaruhi turunnya beberapa harga komoditas yaitu cabai rawit, cabai merah dan bawah merah.
Inflasi tahun 2021 diprakirakan tetap terkendali dan berada dalam target sasaran. Strategi pengendalian inflasi akan tetap difokuskan pada aspek 4K yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif serta didukung dengan kerjasama antar daerah.
“Untuk mengantisipasi terjadinya potensi kenaikan tekanan inflasi, Bank Indonesia bersama dengan instansi yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melakukan serangkaian strategi pengendalian inflasi,” sebut Budi.
Strategi pengendalian inflasi yang dilakukan, pertama pemantauan harga dan stok bahan pangan menjelang Idul Fitri melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) maupun sidak lapangan yang dipimpin langsung kepala daerah. Salah satu upaya menjaga ketersediaan pasokan dilakukan melalui penggunaan smart truck inflation control di Kota Makassar. Kemudian yang kedua, menyelenggarakan rapat koordinasi TPI untuk menentukan strategi jangka pendek dan menengah pengendalian inflasi, ketiga mendorong optimalisasi Pasar Induk Beras di Kota Parepare.
***