BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, indeks literasi dan inkluwsi keuangan syariah masih lebih rendah dibanding konvensional. Secara nasional indeks inklusi dan literasi keuangan konvensional pada 2016 lalu masing-masing sebesar 65,6 persen dan 29,5 persen, sedangkan untuk syariah masih jauh di bawah angka ini.
Direktur Pengawas LJK OJK KR6 Sulampua Indarto Budiwitono belum lama ini menuturkan, indeks inklusi dan literasi keuangan syariah tercatat masing-masing 11,1 persen dan 8,1 persen. Khusus di Sulsel, literasi keuangan syariah di Sulsel masih di bawah nasional sekitar 6,1 persen. Sedangkan indeks inklusi di atas nasional 13 persen.
Masih rendahnya indeks inklusi dan literasi perbankan syariah dikarenakan bisnis syariah lebih kecil dibanding konvensional. “Karena pangsa pasar syariah baru sekitar 5 persen dibanding konvensional secara nasional. Sedangkan di Sulsel sekitar 6,27 persen per Oktober 2017,” katanya.
Namun secara umum, indeks literasi Indonesia yang rendah disebabkan karena mayoritas masyarakat masih fokus pada tujuan keuangan jangka pendek belum terlalu memikirkan tujuan jangka panjang. Ia pun terus mendorong Indeks literasi dan inklusi keuangan syariah ke depan harus ditingkatkan. “Perlu edukasi produk dan layanan jasa keuangan syariah,” kata Indarto.
Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya akan mengumpulkan semua stakeholder perbankan syariah di daerah ini untuk mencarikan solusi sehingga perbankan syariah bisa berkembang pesat seperti perbankan konvensional. /Komang Ayu