BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Perkembangan Industri Jasa Keuangan (IJK) di Sulawesi Selatan (Sulsel) pada September 2018 ini masih tumbuh positif. Ini ditopang oleh fungsi intermediasi yang tinggi, disertai tingkat risiko yang tetap aman. Hal itu di utarakan Zulmi, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua).
Menurutnya, pertumbuhan positif tersebut tercermin dari kinerja setiap IJK di bulan September ini. Seperti industri perbankan masih tumbuh positif, dengan kinerja intermediasi perbankan yang tetap tinggi.
Pada September total aset perbankan di Sulsel tumbuh sebesar 6,38% year on year, atau mencapai Rp 142,137 triliun. Terdiri dari aset bank umum Rp139,50 triliun, dan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) senilai Rp 2,63 triliun.
“Berdasarkan kegiatan bank, aset perbankan konvensional Rp134, triliun, dan aset perbankan syariah Rp7,45 triliun. Kinerja intermediasi perbankan Sulsel terjaga pada level yang tinggi, dengan Loan to Deposit Ration (LDR) 126,43% dan tingkat risiko kredit bermasalah berada di level aman 4,38%,” jelasnya.
Sedangkan inustri perbankan syariah juga terus menunjukkan pertumbuhan, mencapai 5,09% yoy dengan nominal Rp 7,45 triliun. Sejalan dengan pertumbuhan aset perbankan konvensional 6,45% yoy, dengan nominal Rp134,67 triliun.
Untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah mencatat pertumbuhan double digit 10,93% yoy, dengan nominal Rp 4,72 triliun. Lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK perbankan konvensional 5,79% yoy, dengan nominal Rp 88,25 triliun.
Hal seupa juga terjadi pada industri BPR, dengan pertumbuhan double digit. Di bulan September ini, tercatat aset BPR tumbuh tinggi sebesar 10,22% yoy menjadi Rp2,63 triliun, dengan DPK yang tumbuh 9,61 yoy menjadi Rp1,60 triliun, dan penyaluran kredit yang tumbuh 11,98% yoy menjadi Rp 2,28 triliun.
“Penyaluran kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan penghimpunan DPK. Penyaluran kredit perbankan tercatat tumbuh 6,52% yoy menjadi Rp118,55 triliun, terdiri dari kredit modal kerja Rp 45,55 triliun, kredit investasi Rp 20,08 triliun, dan kredit konsumsi Rp 52,92 triliun,” tambag Zulmi
Berdasarkan sektor lapangan usaha, pertumbuhan kredit tertinggi ke sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh 38,53% yoy. Adapun pada sektor bukan lapangan usaha, kredit untuk pemilikan rumah tiunggal dan kredit lainnya tumbuh tinggi, masing-masing 14,65% yoy dan 28,32% yoy. Adapun penghimpunan DPK tumbuh 6,04% dengan nominal Rp 92,97 triliun, terdiri dari giro Rp 13,56 triliun, tabungan Rp 49,37 triliun,dan deposito Rp 30,02 triliun. / Komang Ayu