Hujan dan Imajinasi Sosiologis

357

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR —Dalam dunia sastra, hujan menyimpan begitu banyak misteri. Ia kadang merepresentasi kegairahan dan romantisme sebagaimana ia mengundang kesedihan, nestapa dan juga rindu yang menua.
Begitu banyak ungkapan puitis tentang hujan dalam novel dan lagu-lagu yang menggugah. Begitu pula puisi-puisi yang mengharu biru. Sederetan novel yang terkenal misalnya “After the Rain” oleh Karen White, “Crying in the Rain” oleh Sandra Taranto dan “The Rain” oleh Virginia Bergin. Puisi-puisi tentang hujan misalnya “The Rainy Day”, karya Henry Longfellow, “Rain” oleh Edward Thomas dan “Song for the Rainy Season” karya Elizabeth Bishop.
Untuk lagu, saya sangat menyenangi “Tiger in the Rain” yang dinyanyikan oleh Michael Frank, “A Hard Rain” oleh Bob Dylan, dan tentu saja “November Rain” oleh Guns N’ Rosses.
Ungkapan perasaan yang berbeda tentang hujan dalam bentuk pemaknaan, memberi gambaran bahwa hujan adalah salah satu fenomena alam yang paling misterius.
Secara sosiologis, hujan sangatlah egaliter. Ia tak membedakan kelas sosial, jenis kelamin, pangkat dan jabatan, umur atau etnisitas. Ia akan membasahi siapa pun yang berjalan di bawahnya tanpa memakai pelindung. Hujan tak mengenal klaster, letak geografis atau pun tata ruang. Ketika hujan lebat dan air melimpah, ia akan menggenangi perumahan, perkantoran, pasar, jalan raya, sekolah bahkan tempat-tempat ibadah yang drainasenya tidak berfungsi atau tidak memadai. Airnya akan membanjiri dan menggenangi wilayah-wilayah yang tata kelola drainase dan sungainya tidak memberi ruang baginya untuk menumpang lewat menuju lautan.
Sebagai kota dunia, Makassar secara ironis berlangganan banjir di setiap musim hujan. Jalan raya, pemukiman, dan tempat-tempat umum sering kebanjiran. Fenomena demikian tentu saja mencederai capaian kota Makassar yang telah meraih berbagai penghargaan sebagai kota cerdas, kota ramah anak, kota adipura dan berbagai penghargaan lainnya baik di level nasional maupun internasional.
Mengapa banjir dan genangan air begitu bersahabat dengan kota Makassar di setiap musim hujan? Benarkah Makassar banjir karena kiriman air dari Maros dan Gowa? Bagaimana dengan tata kelola drainase, sungai dan konsistensi tata ruang kota?

Baca Juga :   Harapan Berkat Tahun Baru Bagi Usaha Bisnis Perhotelan

Penulis : Sawedi Muhammad, DOSEN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.