BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Emil Elestianto Dardak mengenyam pendidikan secara paripurna pada usia yang sangat muda. Dimulai dari dirinya memperoleh gelar diploma dari Melbourne Institute of Business and Technology di Melbourne, negara bagian Victoria Australia, pada usia 17 tahun, pada tahun 2001.
Pada usia itu, biasanya pemuda di Indonesia baru menamatkan pendidikan SMA-nya atau masih duduk di bangku kelas XII SMA. Lalu, dia melanjutkan pendidikan sarjananya, masih di Australia, pada Universitas New South Wales di Sydney, negara bagian New South Wales.
Pendidikan sarjana dimulai pada tahun 2002, dan diselesaikan pada tahun 2003. Pada saat bersamaanm Emil menjadi World Bank Officer di Jakarta, juga Media Analysis Consultant pada Ogilvy.
Usai di Australia, Emil memilih melanjutkan magister dan doktornya pada Ritsumeikan Asia Pasific University, di Oita Prefecture, Jepang pada tahun 2004 hingga 2006. Pada usianya yang ke-22 tahun, Emil sudah menyelesaikan studi S3-nya.Dia pun dinobatkan sebagai doktor termuda dari Ritsumeikan Asia Pacific University.
Selain menyelesaikan pendidikan doktor pada usia muda, Emil juga didaulat menjadi Chief Business Development and Communication-Executive Vice President pada PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero). Setelah itu, ia terpilih menjadi Bupati Trenggalek sejak 17 Februari 2016.
Emil mengatakan, kemajuan teknologi saat ini meningkatkan efisiensi pengurusan adminitrasi, sehingga mengurangi kebutuhan terhadap tenaga manusia sehingga berpengaruh juga terhadap lapangan kerja. Misalnya saja, transaksi keuangan yang kini dapat di lakukan melalui internet dan sms banking.
“Di era millenial ini, mengalami banyak perubahan terhadap profesi. Kita lihat kemajuan dan perkembangan teknologi, pekerjaan apa lagi yang akan dihabisinya,” ujarnya saat memberikan tips kepemimpinan di Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Menurutnya, hal terpenting di era millenial ini adalah inovasi dan kolaborasi, yakni seberapa cerdasnya sebuah kelompok unuk berfikir secara koletif. Hal ini pula yang mendorong terciptanya Millenial Job Centre, yakni sebuah konsep yang memungkinkan para millenian untuk menjemput pekerjaan impian.
Dia juga mengungkapkan, menjadi pemimpin tidak harus melihat jabatan, tapi menjadi pemimpin adalah bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. “Kata kunci adalah jangan melihat jabatan, tapi kita harus semakin bijak, semakin banyak pengetahun dan referensi, sehingga Insya Allah jabatan akan ikut. Lakukan lebih dari apa yang dituntut, sehingga kamu juga akan mendapatkan lebih,” ujarnya. /Komang Ayu