BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Pulau Sulawesi memasuki era baru sistem transportasi. Pasalnya Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Syahrul Yasin Limpo berharap uji coba kereta api listrik (KRL) Trans Sulawesi dapat dilakukan pada pertengahan Oktober 2017. “Kita berharap pada 19 Oktober bertepatan dengan Hari Jadi Sulsel, kita sudah bisa coba naik kereta api. Saya berharap dua gerbong, tapi minimal satu gerbong,” kata Syahrul, minggu lalu,di Makassar.
Saat ini lokomotif kereta api sudah berada di Sulsel, namun gerbongnya masih berada di Kota Malang. Ada sedikit perbedaan lebar rel kereta di sini dengan di Jawa, sehingga pada bagian kaki gerbongnya harus diubah desainnya.
Berdasarkan data yang diperoleh, saat ini pekerjaan penyelesaian jalur rel kereta api trans Sulawesi masih terus berlangsung dan telah mencapai panjang sekitar 20 kilometer. “Sebelum saya diganti (habis masa jabatan) pada Maret 2018 mendatang saya harap panjang relnya sudah mencapai 53 kilometer,” ucap Syahrul.
Sebelumnya, ia menargetkan kereta Trans Sulawesi mulai difungsikan pada April 2018, minimal untuk mengangkut komoditi tambang berupa semen dan marmer. Menurutnya, pemerintah provinsi bersama pemerintah pusat telah berkomitmen untuk menyelesaikan sekitar 30 kilometer rel kereta api pada tahun 2017. “Kita berharap semuanya bisa berjalan dengan lancar apa lagi proyek ini termasuk prioritas pemerintah pusat,” jelasnya.
Sebelumnya sejarah system transportasi di bumi Celebes segera hadir di awal bulan Juni 2014. Proyek pembangunan rel kereta api Trans Sulawesi diperkirakan menghabiskan dana Rp 9 Triliun, yang akan didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwiatmoko mengatakan pihaknya sudah merampungkan desain rel tahap pertama akan menghubungkan wilayah Makassar hingga Parepare sepanjang 150 kilometer tersebut. Rencananya akan dilanjutkan dengan tahap-tahap berikutnya hingga Manado (Sulawesi Utara).
Untuk pemasangan rel saja, setiap kilometernya membutuhkan dana sebesar Rp50 juta sehingga total 150 kilometer yang bakal menguras anggaran Rp1 triliun. Sekitar Rp8 triliun digunakan untuk pembangunan fasilitas lain, seperti stasiun, sistem sinyal dan rambu-rambu, serta pengadaan kereta.
Anggaran tersebut menurutnya bakal menggunakan skema APBN karena mekanismenya lebih sederhana dibandingkan menggunakan dana pinjaman. Lanjutnya langkah itu tetap diambil meskipun ada beberapa negara seperti China dan Rusia juga berminat turut serta dalam proyek tersebut.
“Kami meyakini pengoperasian kereta di provinsi tersebut bisa memberikan multiplyaer effect bagi peningkatan pembangunan daerah karena selain membuka akses juga meringankan beban jalan,” ungkapnya.
Proses pembangunan relnya bisa memakan waktu sekitar tiga tahun dan dalam tempo lima tahun sudah bisa beroperasi. Pada Juni 2014 telah dilakukan ground breaking berupa penyiapan jalan rel. Untuk sementara, jalur tersebut akan masuk dalam rute keperintisan untuk membuka akses. Selanjutnya, pihak operator dalam hal ini PT Kereta Api Indonesia (KAI) serta pihak swasta lainnya akan diikutsertakan dalam tender.
Selain mengangkut penumpang, kereta api tersebut rencananya juga menjadi kereta pengangkut logistik berupa semen Bosowa dan Tonasa dengan total produksi mencapai 12 juta ton per tahun. / Mohamad Rusman