Ekonomi Mayoritas Negara Utama Dunia Terindikasi Mengalami Penurunan

52
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar. POTO : BALI PUTRA

 

BISNISSULAWESI.COM, JAKARTA – Prospek aktivitas perekonomian dunia melemah. Di mana, pertumbuhan ekonomi di mayoritas negara utama (syncronised slowdown) terindikasi mengalami penurunan. Di Amerika Serikat (AS), The Fed menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi di 2024 diikuti kenaikan level pengangguran dan penurunan inflasi. Di Tiongkok, perekonomian kehilangan momentum pemulihannya setelah sisi produksi yang selama ini menopang pertumbuhan mulai menghadapi tekanan.

Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa keuangan (OJK), Mahendra Siregar di Jakarta, Selasa (01/10/2024). Menurutnya, indikasi tersebut terlihat dari aktifitas manufaktur yang melambat sehingga mendorong tingkat pengangguran naik ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir, serta tingkat pengangguran muda (youth unemployment) meningkat.

“Tekanan perekonomian Eropa juga semakin dalam terlihat dari penurunan outlook pertumbuhan dan proyeksi inflasi yang meningkat,” sebutnya.

Perkembangan tersebut mendorong bank sentral global memulai siklus penurunan suku bunga yang cukup agresif. The Fed menurunkan Fed Funds Rate sebesar 50 bps, yang secara historis pernah dilakukan saat global financial crisis 2008 dan pandemi 2020. Di Tiongkok, People’s Bank of China (PboC) atau Bank Rakyat Tiongkok, cukup agresif dalam mendukung perekonomian dengan menurunkan suku bunga kebijakannya.

Selain itu, Gubernur PBoC berjanji mengambil kebijakan akomodatif lanjutan seperti menurunkan giro wajib minimun (GWM) 50 bps untuk meningkatkan likuiditas perbankan, penurunan uang muka pembelian rumah, serta memperpanjang dukungan ke sektor properti selama 2 tahun. Selain itu, kebijakan fiskal di Tiongkok juga akomodatif. Di Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of England juga telah memulai siklus penurunan suku bunga.

Kebijakan moneter global yang akomodatif tersebut mendorong kenaikan likuiditas di pasar keuangan, tercermin dari penguatan pasar keuangan global di mayoritas negara.

Baca Juga :   Kebakaran di Gedung Perkantoran Jalan Pengayoman Makassar

“Aliran modal cukup besar ke pasar keuangan emerging market mulai terjadi, termasuk ke pasar keuangan Indonesia,” sebutnya.

Di domestik, Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 25 September 2024 menilai, meskipun di tengah sentimen positif akibat periode cut cycle bank sentral, stabilitas sektor jasa keuangan masih terjaga stabil dan pasar keuangan menguat.

Dikatakan Mahendra, kKinerja perekonomian terjaga stabil di tengah penurunan pertumbuhan ekonomi global. Inflasi juga stabil seiring terkendalinya inflasi pangan, serta neraca perdagangan mencatatkan peningkatan surplus sejak Juli 2024. Selain itu, langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps ke level 6 persen diharapkan dapat meningkatkan likuiditas perekonomian domestik dan memperkuat kapasitas Lembaga Jasa Keuangan (LJK) dalam menyalurkan pembiayaan.

Editor : Bali Putra