BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Ketahanan Pasar Modal Indonsia dipastikan semakin kuat. Melihat jumlah investor pasar modal saat ini yang didominasi domestik dibanding investor asing. Komposisi investor domestik mencapai 52,95 persen, sedangkan asing ada di angka, 47,05 persen, dari jumlah investor per November 2022, mencapai 10,33 juta.
Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEEI) Sulawesi Selatan , Fahmin Amirullah mengungkapkan hal itu saat menjadi pemateri Talkshow Market Outlook 2023 yang digelar PT. Pegadaian bersama BEI dan BRIDanareksa Sekuritas di Mercure Hotel Nexa Pettarani, Kamis (24/11/2022) malam.
Dikatakan Fahmin, dominasi investor domestik di Pasar Modal Indonesia terjadi sejak 2020. Berbeda dibanding tahun-tahun di mana terjadi krisis sebelumnya, seperti 2008 misalnya, pasar modal Indonesia sangat agresif terhadap krisis yang terjadi di luar. Karena saat itu, pasar modal Indonesia lebih dominan investor asing dibanding domestik.
“Saat ini sudah berbalik arah, investor domestik lebih dominan. Sehingga krisis yang terjadi di luar, tidak terlalu signifikan mmpengaruhi pasar modal kita,” sebut Fahmin.
Terkait posisi pasar modal di 2022, diakui masih sangat optimis. Meskipun terjadi beberapa kondisi seperti ketegangan Rusia – Ukraina yang notabena berdampak secara global seperti muncul ketidakpastian, terjadi disruption, ada rantai pasokan yang terganggu.
“Namun alhamdullilah, kondisi pasar modal di 2022 masih tumbuh positif. Sampai saat ini IHSG kita masih terjaga di level psikologis di 7.000 poin,” katanya seraya mnyebutkan, suatu kesyukuran, karena jika dilihat dari performa, pasar modal Indonesia termasuk yang nomor satu di Asia.
“Memang ada Turki yang composite indexnya tertinggi, namun inflasi di sana juga relatif sangat tinggi. Sementara di Indonsia, mskipun tergolong tinggi, namun inflasi cukup terkendali,” tambahnya.
IHSG sampai saat ini masih tumbuh 7,18 persen seara Year to Date. Ada juga kekhawatiran ada capital outflow terhadap pasar modal Indonesia, khususnya saham. Ternyata, tidak demikian. Justeru Pasar modal Indonesia masih menjadi incaran investor asing. Capital outflow masih surplus dibanding capital inflow. Per 23 November 2022, capital outflow ada di angka 78 triliun. Angka yang cukup tinggi untuk dana asing yang masuk di pasar modal Indonesia.
Di 2022, kata Fahmin, ada tambahan emiten baru. Setidaknya total 54 emiten baru di BEI dan ada 43 yang masih dalam proses yang alaupun tidak terealisasi di 2022, paling tidak ini akan menjadi bahan bakar baru untuk IHSG di 2023.
Mlihat jumlah emiten yang tercatat di Bursa Asean, saat ini Bursa Efek Indonesia menjadi bursa dengan IPO tertinggi.
“Jadi, bukan hanya composite index saja yang tertinggi, tetapi juga tertinggi dari jumlah perusahaan yang IPO di pasar modal,” katanya.
Berharap Windrow Dressing Tetap Ada
Terkait IHSG, Fahmin menyatakan para analis optimis, hingga akhir 2022, IHSG akan tumbuh positif. Melihat secara histori karakter investor, pasti akan ada fenomen window dressing yang terjadi setiap Desember. Fahmin, berharap di Desember ini, Window Dressing tetap bisa dirasakan
“ Secara histori, walaupun terjadi krisis, ternyata secara fakta setiap desember IHSG mengalami drop yang lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya, oktober dan November,” katanya.
Hingga September 2022, trading volume perdagangan BEI mengalami peningkatan. Di 2021, jumlah lembar saham yang ditransaksikan setiap harinya 20 miliar lembar saham menjadi 24 miliar lembar saham di 2022. Rata-rata transaksi juga mengalami kenaikan dari 13 triliun di 2021 menjadi 15 triliun saat ini.
“ Itu artinya, masih ada peningkatan kepercayaan diri dari para investor untuk brinvestasi di pasar modal kita,” tambahnya.
Branch Manager BRIDanareksa Makassar, Umar Aziz menyebutkan, terjadi pertumbuhan jumlah investor secara signifikan, dikarenakan masyarakat melihat kinerja IHSG selama ini dan potensi pasar modal yang masih sangat besar. Peeertumbuhan investor umumnya rentang usia di bawah 30 tahun, yakni tumbuh 47 persen.
“Tak bisa dipungkiri, Pandemi Covid 19 membawa berkah buat kami,” akunya.
Pada saat terjadi pembatasan-pembatasan keegiatan akibat covid 19, seperti PPKM, PSBB , justeru terjadi peningkatan jumlah investor. Dengan bantuan digitalisasi dan teknologi memadai dengan aplikasi komplit, prosesnya menjadi semakin cepat, mudah.
“Perusahaan-perusahaan sekuritas memberikan aplikasi yang sangat komplit, sehingga sangat memudahkan,” katanya.
Ditanya terkait tips untuk nasabah, khususnya terhadap perusahaan-perusahaan yang baru IPO, Umar menyampaikan beberapa perusahaan tersebut laporan keuangannya cendrung merugi.
“Jadi, kalau mau investasi, boleh saja. Namun kalau trader, jangan dulu,” katanya.
Untuk sektor yang mengalami pertumbuhan signifikan, Umar menyebutkan, jika di 2021 yang tumbuh signifikan sektor teknologi, di 2022 ada komuditi, khususnya batu bara sebagai akibat terjadinya ketegangan geopolitik Rusia Ukraina. Ada juga nikel yang disebabkan makin gencarnya kendaraan listrik.
Bagaimana dengan Window Dressing di teengah isu resesi seperti saat ini?, Umar mngaku optimis tetap ada. Apalagi, belakangan sejumlah perusahaan mengumumkan terjadi peningkatan laba cukup signifikan.
“ Hingga akhir tahun kinerja IHSG juga positif, sehingga masih sangat memungkinkan Window Dressing,” pungkasnya.
Bali Putra