BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Sejak Presiden RI, Joko Widodo mengumumkan kasus Covid 19 pertama di Indonesia Maret tahun ini, muncul respon kurang baik dari kalangan investor global dan domestik terhadap pasar keuangan, di dalam maupun luar negeri. Titik terendah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjadi, Selasa (24/3) dengan penurunan sebesar -37,49 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu.
Aktivitas perdagangan menunjukkan perbaikan tercermin dari peningkatan IHSG yang mencapai level 5.612,42 pada 30 November 2020 dengan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada November 2020 meningkat menjadi Rp12,9 triliun per hari.
Jumlah pencatatan efek baru juga bertumbuh di tengah Pandemi Covid 19. Hingga 30 November 2020, telah dicatatkan 708 perusahaan tercatat di BEI. Tercatat 46 Initial Public Offering (IPO) Saham, 8 Exchange Traded Fund (ETF), 95 Emisi Obligasi/Sukuk Korporasi, dan 1 Efek Beragun Aset (EBA) dengan total fund raised sebesar Rp108,71 triliun. Sebanyak 20 perusahaan masuk dalam pipeline calon perusahaan tercatat baru.
Yang meningkat signifikan adalah jumlah investor di Pasar Modal Indonesia yang mencapai 3 juta investor pada Juli 2020 atau meningkat 3,8 kali dari 2016. Hingga 19 November 2020, Pasar Modal Indonesia telah mengantongi 3,53 juta investor.
Saat menjadi narasumber pada Media Gathering Pasar Modal 2020 secara semi virtual, Selasa (01/12), Dirut PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Uriep Budhi Prasetyo menyebutkan, berdasarkan data statistik yang tercatat di KSEI, jumlah investor yang telah mencapai lebih dari 3 juta terdiri dari investor saham sebanyak 1.503.682 (naik 36,13 persen dibandingkan akhir tahun 2019), investor Reksa Dana sebanyak 2.827.164 (naik 59,32 persen dibandingkan akhir tahun 2019) dan investor Surat Berharga Negara yang diterbitkan Bank Indonesia sebanyak 448.147 (naik 41,70 persen dibandingkan akhir tahun 2019).
Sepanjang 2020 sampai dengan 19 November 2020, jumlah investor Pasar Modal Indonesia naik 42,19 persen menjadi 3.532.519 dari sebelumnya 2.484.354 pada akhir tahun 2019. Kenaikan investor tersebut salah satunya disokong melalui peningkatan investor Reksa Dana sebesar 59,32 persen, khususnya yang berinvestasi melalui Agen Penjual Reksa Dana Fintech (SA Fintech). Dalam hal ini lebih dari 50 persen investor pasar modal memiliki Rekening di Selling Agent Financial Technology (SA Fintech) dengan total 1.809.208 investor dan dominasi investor individu sebesar 99 persen.
Dukungan keberadaan SA Fintech dalam industri Reksa Dana terlihat jelas dari pertumbuhan Asset Under Management (AUM) dengan rata-rata kenaikan sekitar 200 persen per tahun, serta frekuensi transaksi yang meningkat tajam. Adapun Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap merupakan dua Reksa Dana yang memiliki AUM terbesar dan investor terbanyak di SA Fintech. Kekuatan industri Fintech tersebut juga disebabkan dominasi investor milenial yang berinvestasi di Pasar Modal Indonesia.
Pada 19 November, tercatat lebih dari 70 persen investor berada dalam rentang usia s.d 40 tahun. Adapun dari sisi demografi, investor didominasi oleh laki-laki (61,14 persen), pegawai swasta (52,91 persen), lulusan sarjana (44,40 persen), dan memiliki penghasilan Rp10-100 juta (58,09 persen). Sementara berdasarkan domisili, investor Pasar Modal Indonesia sebagian besar berada di Pulau Jawa (72,23 persen).
Terkait dengan Equity Crowdfunding, saat ini KSEI telah menandatangani kerja sama dengan Santara, Bizhare, dan CrowdDana sebagai penyelenggara. Di samping itu, dari eASY.KSEI yang telah diimplementasikan pada 20 April 2020, sebanyak 642 Emiten (90 persen) telah menggunakan eASY.KSEI dengan 631 di antaranya telah berhasil mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) melalui eASY.KSEI. Adapun dari seluruh kehadiran pada RUPS tersebut, sebanyak 76 persen investor menggunakan eASY.KSEI untuk memberikan kuasa menghadiri RUPS.***