BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Meramaikan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI) dari berbagai kantor perwakilan mengajak investor untuk menceritakan keseruan berinvestasi baik kisah suka maupun duka dalam investasi saham. Acara dengan tema Ceria Merdeka Investasi, cerita investor nusantara ini diselenggarakan, Rabu (25/8) melalui aplikasi Zoom Online.
Nara sumber dalam kegiatan ini mengundang 8 perwakilan investor dari berbagai daerah dan berbagai profesi. Mahasiswa, dokter, satpam, driver ojek online, wartawan hingga penggiat difabilitas. Pemilihan narasumber yang beragam dan dari berbagai latar belakang ekonomi bertujuan untuk menghapus paradigma yang selama ini berkembang bahwa investasi di pasar modal harus orang-orang berduit. Sementara itu, yang bertindak selaku moderator, Emon Sulaeman.
Kepala Kantor BEI Sulsel, Fahmin Amirullah, menyeebutkan, kegiatan ini perdana namun bukan yang terakhir. Kegiatan ini bisa menginspirasi masyarakat sekaligus ajang edukasi yang unik. Kalau biasanya edukasi melalui materi dan teori namun ini lebih ke story telling investor yang tentu harapannya lebih mudah dan sederhana untuk masyarakat bisa memahami investasi dan manfaatnya.
Menurutnya, siapapun bisa berinvestasi. Semua memiliki hak yang sama untuk sejahtera. Pasar modal menjadikan masyarakat merdeka secara finansial
Dalam acara tersebut, banyak kisah disampaikan narasumber seperti Yulianto, investor berkebutuhan khusus karena tidak mampu melihat dengan sempurna. Yulianto seorang tunanetra asal Solo yang membeli dan menjual saham menggunakan bantuan suara.
“Ada alat khusus untuk para tunanetra membaca melalui suara. Kami coba dan ternyata bisa,” cerita Yulianto.
Perjuangan Yulianto pun menuai hasil. Ia mampu mewujudkan impiannya untuk memiliki rumah.
“Ada program rumah subsidi akhirnya saya coba cek saham-saham saya dan ternyata naiknya cukup banyak dan bisa saya buat DP rumah,” katanya.
Cerita lain dari driver ojek online, M. Risky dari Riau. Ia berusaha menyisihkan uang pendapatannya untuk berinvestasi saham.
“Saya sadar bahwa kebutuhan ke depan semakin besar. Saat ini saya sudah punya pendapatan meskipun terbatas, namun saya sisihkan untuk beli saham. Dan saya sudah merasakan bagaimana mengatur keuangan yang baik dengan berinvestasi saham,” katanya.
Tak kalah menarik cerita dari jurnalis asal Medan, Juli Simanjuntak. Meskipun saat ini saham nya sedang minus karena dampak pandemi, ia justru melihat ini peluang untuk membeli lagi di harga bawah.
“Sudah lama saya tahu pasar modal, mungkin 5 tahun lalu tapi tidak saya praktikan. Ternyata setelah saya terjun saya menyesal kenapa kok tidak dari dulu saya beli saham,” ujarnya.
Acara Ceria ini akan terus berlanjut dengan cerita cerita investor dari berbagai daerah. Dengan adanya program ceria ini, diharapkan dapat mendorong niat dan memotivasi masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mempersiapkan kemerdekaan finansial.
Juan Cipta Loandy mewakili investor Milenial dari Makassar (Kelompok Study Atmajaya Makassar) menyebutkan bahwa milenial identik dengan hidup instan karena situasi dan perkembangan zaman yang memang serba instan, namun Juan berpesan bahwa dalam berinvestasi hal instan ini harus dihindari.
“Karena investasi itu butuh proses terutama proses belajar agar kita tdk menjadi investor FOMO,” sebut juan dalam diskusinya.
Bali Putra