BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR –
Sejak pandemi Covid 19 di Kota Makassar, bisnis perhotelan menjai salah satu sektor bisnis yang sangat terdampak. Tingkat hunian terus menurun, bahkan banyak hotel menutup sementara operasional.
“Bisnis perhotelan tidak jalan, praktis UMKM juga terkena dampak, seperti vendor yang support supply barang kebutuhan hotel. Jadi ini tentu menimbulkan multiplier effect,” ujar Arya Pering Arimbawa, Ketua Umum Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA).
Saat ini, satu persatu hotel di Kota Makassar sudah mulai beroperasi kembali. Tentunya dengan menerapkan standard protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Tercatat juga, beberapa hotel memilih tetap buka saat masa pandemi, meskipun dapat dipastikan tingkat hunian yang turun drastis.
Kalau melihat kondisi yang ada sekarang dengan banyaknya hotel yang tutup akibat wabah Covid 19, juga mulai beroperasinya kembali pesawat udara dan promosi yang diperlukan, prediksi Arya, kemungkinan besar bisnis perhotelan akan mulai terlihat kembali menuju ke masa kejayaannya seperti dahulu, nanti di akhir tahun 2021
“Butuh waktu setahun lebih masa recovery, hingga bisnis perhotelan bisa kembali bergairah seperti dulu. Karena kondisi hotel kembali buka itu, hampir sama dengan melakukan pre-opening kembali. Butuh kesiapan diri internal seperti pelatihan-pelatiham, investasi APD yang dibutuhkan, dan promosi hotel. Karena dampak wabah Covid 19 mendunia, sehingga semua sektor usaha perlu bangkit bersama,” jelas bapak yang kini menjabat GM hotel Harper Perintis Makassar.
Meskipun berada pada kondisi terpuruk saat ini, sebagai praktisi hotel, Arya tentunya tetap memiliki harapan dan optimisme yang besar, sektor pariwisata khususnya perhotelan dapat kembali bangkit dengan cepat.
Hal ini tegasnya, bisa terwujud jika mendapatkan dukungan dari pihak-pihak terkait.
Yakni, pemerintah daerah atau pemerintah kota, beserta Kepolisian dan TNI, juga Kementerian dan Pemerintah pusat, untuk segera me-review aturan yang ada, dengan kesiapan hotel dibuka kembali, tentunya menerapkan protokol new normal.
“Harapan kami, agar pemerintah melibatkan para asosiasi pariwisata maupun lainya, agar berkolaborasi dalam membangun kepercayaan masyarakat, dan bersama-sama mempromosikan pariwista di Indonesia maupun luar negeri,” tutut Arya.
Nur Rachmat