BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Brawijaya Group Indonesia (BGI) kembali melebarkan usaha dengan membuka 4 (empat) kantor baru yang tersebar di beberapa provinsi yakni di Kota Palopo (Sulawesi Selatan), Kabupaten Pangkep (Sulawesi Selatan), Balik Papan (Kalimantan) dan Pekanbaru di Pulau Sumatera.
Selain empat kantor baru, dalam 4 (empat) minggu terakhir, BGI juga sekaligus mencetak 4 Office Manager (OM) yang bertugas di kantor baru tersebut. Diantaranya, Demmalino sebagai OM di Kota Palopo, Rahmawati Ramli di Kantor Pangkep, Muhammad Fadly di Kantor Balik Papan dan Agus Nuryanto, OM di Kantor Pekanbaru.
Owner BGI, Wayan Suprianta menyebutkan, selain 4 kantor baru dengan 4 OM, BGI juga mencetak 4 (empat ) Marketing Manager (MM) yakni 2 MM di Banjar Baru, Nur Salim dan Niansah, 1 MM di Gorontalo, Andi Asmar dan 1 MM di Madiun, Ali Mansur, SH.
Juga 8 (delapan) Asisten Manager (AM) yakni Ika L Pangaribuan (Batu Licin, Kalimantan Selatan), Ade Septian (Madiun), Rahul Saripuddin (Madiun), Wayan Edyana Krista (Sidrap), R. Noor Abd Rahim (Makassar), Dimas Andrian (Pangkep), Nanda Uji WS (Pontianak) dan Irus Maulana (Pontianak).
“Saat ini BGI sudah memiliki 28 office (kantor) dari target kami 50 office yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia seperti, Pulau Sulawesi, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat dan Sumatera,” ujar Wayan.
Kendati masih dalam situasi pandemi Covid 19, pria asal Kolaka, Sulawesi Tengara, mengaku optimis target bisa dicapai melihat animo generasi muda saat ini sangat tinggi untuk dididik menjadi pengusaha. Mereka juga memiliki mental petarung, meskipun beberapa masih memiliki gengsi yang tinggi.
“Bagi sebagian orang, mungkin target itu kurang realistis. Tetapi, kami harus selalu optimis, ini akan tercapai,” tegasnya.
Berbicara tantangan, Wayan mengakui itu pasti ada. Salah satunya dukungan orang tua yang belum maksimal terhadap anak-anak mereka yang sedang berproses di BGI. Padahal dukungan orang tua itu sangatlah penting. Selain itu, secara internal juga ada seperti pimpinan kantor yang belum sepenuhnya bertanggungjawab atas perusahaan, kurangnya kontrol dan pengelola yang selalu ingin berada di zona nyaman sehingga sering lalai dengan tujuan perusahaan.
“Bisnis ini mulai dari lapangan. Tidak bisa dijalankan hanya dari belakang meja. Jadi, tidak boleh ada kata malu kalau harus turun ke lapangan dan ini satu-satunya ara agar perusahaan cepat berkembang,” sebutnya.
Di samping itu, yang perlu dilakukan untuk perusahaan terus berkembang adalah bagaimana semua yang ada di BGI harus memahami sistem. Karena ketika sistem sudah dipahami, apapun produknya tetap akan dijalankan dan akan terus berproses.
“Nah, kalau prioritaskan bisnis kepada produk, begitu pasar jenuh, habislah,” tambah Wayan.
Ke depan, Wayan Suprianta berharap ada kehadiran pemerintah pada perusahaan yang sudah dibangunnya sejak 25 Mei 2011. Sebagaimana kehadiran pemerintah pada balai-balai latihan kerja. Mengingat, BGI juga memiliki karakter yang sama yakni mencetak sumber daya manusia yang terampil, profesional dan berjiwa wirausaha. Bahkan, selain pelatihan, BGI memberikan tunjangan training, kepastian tempat kerja, bahkan modal kerja. Mengingat selama ini BGI didukung dua perusahaan besar yakni dukungan permodalan dan support system.
Sementara itu, pemerintah memiliki kepentingan dalam mengatasi pengangguran dan pengembangan produk-produk usaha Makro, Kecil dan Menengah (UMKM).
“Karena kami perusahaan Marketing Entrepreneur, kami juga siap memasarkan produk-produk UMKM,” pungkas Wayan.
Bali Putra