BPS Catat Inflasi Sulsel Agustus 1,77 Persen

113
Kepala BPS Sulsel, Aryanto bersama Sekda Sulsel, Jufri Rahman saat rilis berita BPS Provinsi Sulsel mengenai indikator strategis Agustus 2024 di Ruang Bawakaraeng Kantor BPS, Senin (02/09/2024). POTO : ISTIMEWA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi di Sulawesi Selatan (Sulsel) secara tahunan atau year on year (yoy) Agustus 2024 sebesar 1,77 persen. Sementara, inflasi year to date (ytd) sebesar 0,61 persen. Sedangkan secara month to month (mtm) pada Agustus 2024 terjadi deflasi sebesar 0,04 persen dengan Indeks Harga Konsumen sebesar 105,61.

Dari delapan kota IHK di Sulsel, tujuh kota mengalami deflasi secara mtm. Deflasi terdalam terjadi di Watampone sebesar 0,28 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Kabupaten Luwu Timur dan Kota Makassar yaitu sebesar 0,02 persen. Sementara itu Kabupaten Wajo mengalami inflasi sebesar 0,22 persen.

“Deflasi di Provinsi Sulsel secara mtm didorong karena turunnya indeks harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau. Komoditas utama penyumbang deflasi (mtm) pada Agustus 2024, antara lain bawang merah, tomat, daging ayam ras, beras, dan telur ayam ras,” kata Kepala BPS Sulsel, Aryanto, dalam rilis berita Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulsel mengenai indikator strategis Bulan Agustus 2024, yang dilaksanakan di Ruang Bawakaraeng Kantor BPS, Senin (02/09/2024).

BPS mencatat tingkat inflasi di Sulsel secara tahunan atau year on year (yoy) Agustus 2024 sebesar 1,77 persen. POTO : ISTIMEWA

Dalam kesempatan tersebut, Aryanto juga menjelaskan, perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sulsel pada Agustus 2024 sebesar 117,24 atau turun 0,22 persen dibanding NTP Juli 2024 (117,49). Penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan 0,43 persen, lebih besar dibandingkan indeks harga yang diterima petani (It) 0,22 persen.

Pada Agustus 2024, tiga dari lima subsektor pertanian mengalami penurunan NTP dibanding bulan sebelumnya, yaitu Subsektor Tanaman Hortikultura (5,01 persen), Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (1,29 persen), dan Subsektor Peternakan (1,23 persen). Sementara itu, Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Perikanan mengalami peningkatan NTP masing-masing sebesar 0,95 dan 0,15 persen.

Baca Juga :   2023, Keterbukaan Informasi Publik di Sulsel Semakin Baik

“Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Agustus 2024 sebesar 119,84 atau turun sebesar 0,52 persen dibandingkan dengan Juli 2024 sebesar 120,47. Dan pada Agustus 2024, terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,34 persen,” ungkap Aryanto.

Sementara, terkait perkembangan ekspor impor Sulsel Juli 2024, nilai ekspor yang dikirim melalui Pelabuhan Sulsel mencapai USD 173,66 juta. Angka ini mengalami penurunan sebesar 0,24 persen bila dibandingkan nilai ekspor Juni 2024 yang mencapai USD 174,08 juta.

Lima kelompok komoditas utama yang diekspor pada Juli 2024 yaitu nikel dengan distribusi sebesar 40,76 persen, besi dan baja 22,78 persen, biji bijian berminyak 8,86 persen, ikan dan udang 6,38 persen, serta kakao/coklat 5,65 persen.

Sebagian besar ekspor pada Juli 2024 ditujukan ke Jepang dengan proporsi 43,73 persen, kemudian ke Tiongkok 30,19 persen, Korea Selatan 8,54 persen, Malaysia 3,23 persen, dan Amerika Serikat 2,71 persen.

Nilai Impor barang yang dibongkar lewat beberapa pelabuhan di Provinsi Sulsel pada Juli 2024 tercatat mencapai USD 101,80 Juta. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 29,66 persen bila dibandingkan nilai impor Juni 2024 yang mencapai USD 78,51 juta.

Lima kelompok komoditas utama yang diimpor pada Juli  2024 yaitu gandum-ganduman dengan distribusi sebesar 27,26 persen, olahan makanan hewan  22,63 persen, gula dan kembang gula 14,73 persen, bahan bakar mineral 10,53 persen, dan mesin-mesin/pesawat mekanik 7,73 persen. Sebagian besar impor pada Juli 2024 didatangkan dari Brazil, Tiongkok, Australia, Singapura, dan Fed Rusia dengan proporsi masing-masing sebesar 33,70 persen; 20,03 persen; 13,40 persen; 6,65 persen; dan 5,71 persen.

“Neraca Perdagangan Sulawesi Selatan pada Juli 2024, terjadi surplus sebesar USD 71,87 Juta,” urainya.

Baca Juga :   Sofha Marwah Bahtiar Harap PKK Bulukumba Berkontribusi Nyata Sukseskan Sejumlah Program Prioritas

Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel, Jufri Rahman yang turut hadir dalam kesempatan tersebut mengapresiasi BPS sebagai lembaga yang menyediakan berbagai data yang dibutuhkan sebagai dasar perencanaan dan pengambilan kebijakan serta alat monitoring dan evaluasi atas proses pembangunan yang telah dilakukan.

“Data ini bukan hanya angka, melainkan cerminan kondisi sosial ekonomi Sulsel yang menjadi dasar bagi perencanaan dan pengambilan kebijakan. Alhamdulillah, inflasi kita masih terkendali,” kata Jufri Rahman.

Sesuai arahan dari Pj Gubernur Sulsel, Prof Zudan Arif Fakhrulloh, Jufri Rahman berharap data yang dirilis BPS dapat mengoptimalkan pembangunan berbagai sektor. Ia meminta petugas dan mitra statistik terus meningkatkan kinerja dan komitmen dalam setiap pendataan sehingga menghasilkan data yang berkualitas sesuai kondisi sebenarnya di lapangan.

Editor : Bali Putra