BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katolik Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan (Kanwil Kemenag Sulsel) menggelar pembinaan atau moderasi beragama keluarga bahagia. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerukunan umat dan pelayanan kehidupan beragama 2023.
Ini juga merupakan upaya mengimplementasikan 7 program perioritas sebagaimana dicanangkan Menteri Agama, Yaqut Choil Qoumas.
Ke tujuh program perioritas tersebut, penguatan moderasi beragama, transformasi digital, revitalisasi KUA kemandirian pesantren, cyber university, religiosity index dan tahun kerukunan umat bergama.
“Kegiatan pembinaan keluarga bahagia kami laksanakan dengan asumsi, kualitas penghayatan hidup menggereja dan bermasyarakat bergantung pada pemahaman dan penghayatan yang tepat atas hidup berkeluarga. Maka keluarga Katolik perlu mendapat pendampingan guna menjamin terbentuknya keluarga kristiani yang berkualitas dan menjadi sekolah iman bagi generasi muda,” ungkap Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Sulsel, Drs. Paulus Palondongan, M.M.
Dikatakan, pembinaan atau moderasi beragama keluarga bahagia dilaksanakan dalam tiga angkatan. Angkatan I Kevikepan Tana Toraja dilaksanakan di Sapa Bayobayo selama tiga hari, 17-19 Maret 2023 yang diikuti 40 Keluarga peserta.
Angkatan II Kevikepan Luwu Raya dilaksanakan di Saluampak, Luwu Utara, 16-17 Mei 2023 dan diikuti 50 peserta.
Kemudian angkatan III Kevikepan Makassar dilaksanakan di Kota Makassar, 2-3 Juni 2023, diikuti 60 orang peserta
Dikatakan, sasaran pembinaan tidak hanya keluarga, juga menyentuh tahap pra-nikah yang merupakan tahap penting calon suami dan istri, agar mereka mendapatkan pemahaman yang benar tentang arti menjadi Keluarga Katolik.
“Pembinaan yang bersifat komprehensif diharapkan dapat melahirkan keluarga sehat, rukun, bahagia, sejahtera dan menjadi teladan dalam berbangsa dan bernegara,” tandas Paulus Palondongan.
Ia menambahkan, keluarga Katolik semakin ditantang perubahan zaman dan tata nilai akibat era globalisasi, industrialisasi dan urbanisasi. Berbagai masalah, antara lain perceraian, KDRT, stunting, tingginya angka kematian ibu dan anak, dan lain, bisa muncul bila tidak ada pembinaan dari Gereja Katolik dan pemerintah.
Diakui pula, kegiatan pembinaan dari Gereja Katolik terkendala pada terbatasnya alokasi anggaran. Pemerintah perlu memberikan fasilitas berupa bantuan dana operasional agar program dapat terlaksana.
Sementara itu, mendukung program transformasi digital, Bimas Katolik Sulsel juga berperan dimana pelaporan tugas penyuluh melalui aplikasi ZIP2Kat (Sistem Pelaporan Penyuluh Agama Katolik)
Pada 2023, Bimas Katolik Sulsel merealisasikan berbagai bantuan operasional, bantuan pembangunan rumah ibadah, pemberian bantuan kitab suci dan buku rohani dan lainnya.
Bimas Katolik juga memberikan bantuan fasilitasi kesehatan dan peningkatan gizi serta kegiatan keagamaan peserta didik Taman Seminari (TK). Sedangkan untuk, tingkat dasar dan menegah, ada bantuan kegiatan pembinaan keagamaan dan wawasan kebangsaan siswa katolik di sekolah umum.
“Demi pengembangan kompetensi pendidik, kami juga memberikan bantuan untuk KKG Pendidikan Agama Katolik dan MGMP Pendidikan Agama Katolik,” pungkas Paulus Palondongan.
*/Editor : Bali Putra