BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Tahun baru Imlek di tahun “Anjing Tanah” segera tiba. Kawasan Pecinan di sekitar Jl.Sulawesi Makassar mulai bersolek. Bukan hanya rumah ibadah klenteng, tapi juga toko dan penjual pernak-pernik kebutuhan hari raya Tionghoa itu pun mulai ramai dengan warna merah yang dominan.
Selain itu, sejumlah hotel, mal dan pusat belanja di kota Makassar juga terlihat mulai marak dengan aksesoris dan lampion Imlek. Bahkan sejumlah pusat belanja dikabarkan sudah agendakan menampilkan atraksi barongsai pada saat hari Imlek tiba.
Deman sambut hari raya Imlek terasa dari tahun ke tahun di kawasan kota tua Makassar. Mulai sekitar Jalan Sulawesi, Sangir, Serui, Timor, Bali, dan lainnya yang dihuni etnik Tionghoa, toko-toko mulai ramai menjajakan ritel yang berhubungan dengan Imlek. Toko-toko tersebut biasanya mendulang laba paling minim 20%-30% selama 15 hari sebelum dan setelah hari “H” Imlek yang jatuh pada Jumat 16 Februari 2018.
Berkah itu lantaran Imlek masih berkaitan erat penanggalan lunar Tiongkok lainnya, yakni Cap Go Meh. Dalam bisnis, Imlek tak hanya milik etnik Tionghoa saja. Pasalnya, momentum Imlek banyak menghidupi sendi-sendi ekonomi, baik usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), terlebih lagi bagi para pengusaha yang sudah mapan.
Ketua Walubi Sulsel, Yongris Lao, mengakui Imlek memberi efek “berkah” yang berdampak ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Semua sektor bisnis bergerak, tak hanya ritel sebagai komoditas konsumsi tetapi juga bidang lainnya seperti produk pendukung, seperti pernak-pernik, cinderamata dan lainnya. “Ada multiplier effect dari Imlek bagi warga,” ujarnya, belum lama ini.
Menyusuri kawasan Pecinan di Makassar, di Jalan Sulawesi dan sekitarnya, nuansa Tionghoa dan imlek sangat kental. Bahkan dari Jl.Ahmad Yani kita disambut gerbang bertuliskan “China Town”. Di kawasan itu terdapat beberapa toko yang menjual perlengkapan Imlek.
Menurut pengakuan para pedagang kebutuhan imlek di kawasan Pecinan itu rata-rata penjualan kali ini tak sebaik Imlek sebelumnya, namun omset yang diperoleh terbilang masih lumayan. “Memang jika dibandingkan Imlek tahun-tahun sebelumnya pendapatan tahun ini sedikit menutun. Mungkin faktor cuaca dan makin banyak toko-toko yang menjual pekbutuhan imlek membuat persaingan kian ketat,” tutur Lily.
Diantara produk Imlek yang dijajakan tersebut, kertas angpau yang paling banyak dibeli para pengunjung. “Kertas angpau paling banyak dicari pengunjung. Selain itu, dupa dan lilin merah juga merupakan produk laris,” ujar Akiong, penjual lainnya di seputaran Jl.Sumba. Ditambahkan, selama Imlek ia dapat menjual puluhan kardus kertas angpau, salah satu jenis produk yang paling laris selama Imlek dan Cap Go Meh.
Di toko Hap Long misalnya, masyarakat yang merayakan Imlek dapat membeli berbagai kebutuhan Imlek seperti jajanan khas Mandarin dan makanan lainnya. “Kami tak hanya menjual kebutuhan ritual Imlek seperti dupa dan lilin, tetapi juga makanan khas Imlek seperti jeruk mandarin dan beberapa jenis permen atau jajanan khas Mandarin lainnya,” terang Aheng.
Menurut dia, pembeli yang datang belanja di kawasan Pecinan ini tidak hanya warga etnis Tionghoa yang ada di wilayah kota Makassar. Tapi banyak juga yang berasal dari sejumlah daerah di Sulawesi Selatan, seperti Bone, Sengkang, Parepare, Bantaeng dan lainnya./Mohamad Rusman