Begini Cara Flores, Toraja, Wakatobi, dan Tanjung Puting Promosi Potensi Pariwisata Baru di ITB Berlin 2018

276
Toraja DMO saat mengikuti ITB Berlin 2017

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Destinasi Flores, Toraja, Wakatobi, dan Tanjung Puting kembali hadir di pameran pariwisata terbesar, ITB (Internationale Tourismus Borse) Berlin, Jerman, 7-11 Maret 2018. ITB Berlin memberi kesempatan bagi exhibitor Indonesia untuk bertemu dan berinteraksi dengan buyer dan pelaku pasar wisata internasional.

Pada ITB Berlin 2017, rata-rata nilai transaksi yang diperoleh exhibitor hingga mencapai 6 Milyar Euro dengan tingkat kepuasan mencapai 92 persen. Ini membuktikan ITB Berlin adalah ajang yang sangat strategis untuk promosi dan pemasaran pariwisata Indonesia di dunia internasional maupun even Business to Business (B to B), khususnya untuk kawasan Eropa.

Girda Safitri, Manajer Pemasaran Flores Destination Management Organization (DMO), membenarkan hal ini. “Partisipasi Flores DMO bertujuan untuk memperkuat promosi terhadap pasar Eropa, termasuk Britania Raya, Jerman dan kawasan Nordik,” ujarnya. Flores DMO juga menghadiri promosi Indonesia Roadshow 2018 – UK di Manchester, Bristol, Gatwick, dan London.

Berbagai potensi pariwisata baru yang ada di tiap destinasi, khususnya produk pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) menjadi salah satu materi promosi yang diangkat keempat destinasi unggulan tersebut pada tahun ini. Rute penerbangan baru yang langsung menghubungkan Jakarta menuju Labuan Bajo, serta peluncuran paket wisata trekking Adat Trails yang menghubungkan berbagai desa adat di Ngada, Flores diharapkan semakin mendorong peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai angka 20 juta di tahun 2019.

Mengusung pemberdayaan masyarakat lokal, destinasi Wakatobi dan destinasi Tanjung Puting turut gencar mempromosikan desa wisata yang telah siap menerima tamu dengan berbagai paket budaya, alam, dan petualangan yang ada. “Destinasi Wakatobi terus berusaha melakukan diversifikasi produk selain wisata bahari, serta memberikan informasi terbaru, termasuk adanya akses transportasi baru menuju Wakatobi,” jelas Mursiati dari Wakatobi IWG Networks. Hal ini juga dipertegas oleh Arif Nugroho, mewakili Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) Tanjung Puting. “Selain melihat kehidupan orangutan dengan lebih dekat, wisatawan dapat menambah agenda kunjungan dengan hidup bersama masyarakat asli Dayak. Diharapkan Tanjung Puting dapat terus dikenal hingga menjadi salah satu destinasi terbaik di dunia,” katanya.

Baca Juga :   Rayakan HUT RI, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Pelanggan dengan Hadirkan Promo melalui Aplikasi MyPertamina

Tak mau ketinggalan, destinasi Toraja juga menyediakan berbagai paket wisata menarik baru termasuk wisata petualangan alam, antara lain cycling, white water rafting, culinary class, hingga kelas membuat batik asli Toraja. “Kami ingin menonjolkan keunikan lain dari Toraja bagi wisatawan. Ini diharapkan dapat mengurangi kesan bahwa Toraja hanya memiliki wisata yang berkaitan dengan upacara kematian semata. Toraja akan hadir sebagai bagian dari paket pariwisata yang lengkap di Provinsi Sulawesi Selatan,” jelas Yohan Tangke Salu, ketua PHRI Toraja Utara dan wakil ketua Toraja Destination Management Organisation (DMO). Setelah ITB Berlin, Yohan mewakili keempat destinasi akan menghadiri business meeting di Den Haag, Netherland dan juga International Tourism Fair Place2Go di Zagreb, Kroasia.

Setelah berhasil meraih peringkat pertama kategori “Best Exhibitor” untuk Kawasan Asia, Australia, Oceania pada ITB Berlin 2017, delegasi Indonesia berharap dapat mempertahankan prestasi serupa tahun ini. Keempat destinasi dampingan Swisscontact Wisata ini akan bergabung di bawah koordinasi Kementerian Pariwisata di stan Wonderful Indonesia, Hall 26A, Messe Berlin GmbH.

Kehadiran Flores, Toraja, Wakatobi dan Tanjung Puting di ITB Berlin 2017 ini diwakili oleh organisasi tata kelola kepariwisataan masing-masing destinasi yaitu Flores DMO, Toraja DMO, FTKP Wakatobi, dan FTKP Tanjung Puting. Destination Management Organization (DMO) adalah program yang digagas oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia pada 2010 yang berfungsi sebagai payung kepariwisataan regional di masing-masing destinasi. Tugas dari DMO antara lain melakukan perencanaan, koordinasi, implementasi, dan fungsi pengawasan terhadap manajemen pariwisata di setiap destinasi.