Oleh :
Prof. Ir. Ged Sri Darma, ST, MM, D.B.A., CFP, IPU
Momentum kenaikan indeks keyakinan konsumen (IKK) dalam 2 bulan terakhir berisiko tak langgeng akibat penanganan pandemi Covid-19 yang belum efektif. Penanganan pandemi menjadi kunci untuk membangkitkan kembali keyakinan konsumen terhadap ekonomi.
Setelah meninggalkan level 113,8 pada Maret 2020, IKK anjlok ke level 84,8 pada April 2020 dan terus turun hingga menyentuh titik terendahnya tahun 2020, pada Juni sebesar 83,8.
Setelah itu, tanda-tanda perbaikan IKK muncul pada Juli dan berlanjut ke Agustus dengan indeks sebesar 86,9.
Angka di atas 100 menandakan keyakinan konsumen berada di zona optimistis. Sebaliknya, jika di bawah 100, maka konsumen pesimistis.
Kendati demikian, pada Agustus kenaikan IKK hanya terjadi pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 2,1 juta – Rp 4 juta per bulan. Konsumen kelas menengah ke atas justru masih menunggu kasus Covid 19 mereda yang tecermin dari penurunan IKK.
Sejatinya kondisi di lapangan justru bertolak belakang dengan gairah konsumen.
Berdasarkan data, telah terjadi deflasi dalam 2 bulan berturut-turut yang mengindikasikan pelemahan daya beli masyarakat.
Hingga Selasa Kemarin (8/9), kasus positif Covid 19 di Indonesia telah menembus 200.035 orang.
Bahkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat memberikan peringatan level 3 atau zona merah untuk Indonesia sejak 6 Agustus 2020 yang lalu.
Peringatan ini dikeluarkan lantaran tingkat penularan virus corona di Indonesia semakin tinggi.
Penulis :
Direktur Undiknas Graduate School