BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Menjelang akhir tahun, harga beras diprediksi naik hampir 2 persen. Itu disebabkan karena panen yang sudah berkurang.
“Kalau harga memang belakangan ini cenderung naik. Karena di beberapa daerah, panen sudah mulai berkurang. Naiknya masih normal di bawah 2 persen sih. Tapi trennya naik,” kata Tri Wahyudi Saleh, Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog.
Kenaikan harga ini menurutnya, merupakan pola tahunan yang terjadi pada akhir Oktober hingga akhir Februari. Oleh sebab itu, Bulog melakukan upaya stabilisasi harga, dengan melakukan operasi pasar.
“Ini pola tahunan, panas mulai berkurang, cenderung ada kenaikan harga. Disitulah Bulog melepaskan stok, dengan cara stabilisasi harga melalui operasi pasar, hingga panen di akhir Februari nanti,” ujarnya.
Wahyu menyebutkan, sampai dengan akhir tahun, harga beras berpotensi naik. Namun masih di bawah Rp 10.000 per kilogram. “Kecenderungan harga sampai akhir tahun naik, tapi tidak terlalu signifikan ya, kan HET (Harga Eceran Tertinggi) kita Rp 9.450. Hitungan kasar masih di bawah Rp 10.000,” jelasnya.
Selain masalah cuaca, penyebab kenaikan harga beras karena harga gabah. Dalam kondisi harga gabah yang naik, Bulog juga kesulitan dalam menyerap harga beras. Oleh sebab itu, Bulog melakukan stabilisasi dengan melepas stoknya.
“Pasokan berkurang, karena di sentra produksi panen sudah berkurang. Untuk gabah juga ada kenaikan, saat ini berkisar Rp 4.600 sampai Rp 5.000 per kilo GKP (gabah kering penggilingan). Kalau beras ada yang sudah di atas Rp 9.000 lebih, ada yang Rp 9.500, bervariasi ya,” kata Wahyu.
Senada, Humas Bulog Divre Sulselbar, Ervyna Zulaeha membenarkan hal tersebut. Pasokan beras di Perum Bulog Divisi Regional Sulawesi Selatan dan Barat sendiri terus menurun. Alasannya, akhir tahun menjadi waktu berkurangnya pengadaan beras.
“Kalau sekarang rata-rata perhari hanya sampai 100 ton. Jadi memang sudah berkurang kita punya pengadaan,” ungkap Vina, Rabu (24/10).
Selain itu, musim kemarau juga menjadi salah satu penyebab berkurangnya pasokan beras bulog. “Sudah tidak ada pengadaan, susah. Mungkin karena musim kemarau juga. Kita sudah coba menyerap beras tapi memang sudah tidak ada lagi, mau gimana lagi. Kita sudah keliling-keliling ke daerah juga,” ujarnya.
Penurunan ini dinilai dapat memicu kenaikan harga beras. Vina mengatakan, saat ini stok beras yang dimiliki pihaknya sebanyak 124 ribu ton. Ia meyakini hal ini cukup hingga 37 bulan kedepan.
Sementara itu, Humas Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) Makassar, Musa Alkazim mengatakan, saat ini harga bahan pokok termasuk beras masih terpantau normal. “Beberapa waktu lalu kita sudah cek, semua masih normal,” jelasnya./Komang Ayu